“Asupan makanannya terbatas dan instingnya hilang. Itu sesuatu yang berbeda,” kata dia.
Terkait peristiwa kematian anak gajah yang terus terjadi, menurut Wisnu harus ada komitmen keras dari pihak pemerintah. Pemerintah bisa mengundang lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang selama ini ikut menangani gajah atau rekan-rekan dokter hewan yang peduli terhadap kesehatan atau keselamatan gajah.
Baca juga: Siklon Tropis Saat Libur Nataru, Waspada Potensi Hujan Lebat
“Intinya, rutin lakukan pemantauan perilaku, pemeriksaan fisik, dan pengambilan sampel darah sehingga ada intervensi medis. Untuk gajah yang mati, seharusnya juga dilakukan pembersihan agar tempatnya tidak terkontaminasi virus,” papar dia.
Kemenhut gandeng Vantara dari India
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni memberi perhatian khusus setelah Gajah Sumatera bernama Laila mati di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Bengkalis, Riau. Gajah betina berusia 1 tahun 6 bulan tersebut mati akibat infeksi EEHV.
Mencegah hal serupa terjadi, Raja Antoni meminta bantuan Fauna Land Indonesia untuk mendatangkan dokter gajah dari Vantara di India. Vantara adalah pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa di Jamnagar, Gujarat, India dengan salah satu Rumah Sakit Gajah tercanggih di dunia
“Saya sudah kontak teman di India bisa menemukan antivirus itu, tinggal study-nya apakah cocok atau tidak dengan gajah kita. Saat ini sudah ada progres. Mereka mau ngasih gratis jika cocok dengan gajah kita. Tinggal satu step riset lagi,” kata Raja Antoni di Sebanga, 29 November 2025.
Baca juga: UGM dan IPB Siapkan Langkah Penanggulangan Dampak Bencana Sumatra
Fauna Land Indonesia bersama Tim Vantara India hadir di Riau pada 22 Desember 2025. Kedatangan mereka untuk melakukan analisis medis dan tindakan preventif terhadap penyebaran virus EEHV. Mereka mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina di Balai Besar KSDA Riau untuk mengevaluasi bersama, melihat kondisi gajah yang di captivity.
Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Prof. Satyawan Pudyatmoko, pencegahan kematian gajah akibat infeksi EEHV memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama dalam mendeteksi gejala sejak dini. Ia berharap kerja sama ini dapat menyelamatkan populasi gajah Sumatera yang bukan hanya terancam akibat kehilangan ekosistem yang menjadi rumah mereka, tapi juga ancaman EEHV.
“Untuk mencegah itu, kami perlu pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Kami bekerja sama dengan mitra dari luar negeri untuk datang Bersama, membuat peaceline data untuk gajah yang ada di sini, dan capacity building untuk mahout (pawang gajah) ya,” jelas Satyawan, 22 Desember 2025.
Meski kerja sama dimulai di Buluh Cina, menurut Satyawan, upaya preventif juga akan menjangkau seluruh kantong gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Sebanga, Waykambas dan lokasi lainnya.
Baca juga: Empat Orangutan Dipulangkan ke Indonesia di Tengah Perusakan Hutan Sumatra
Sebagai perwakilan Vantara di Indonesia, CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen menyatakan dukungan atas survei dan penanganan kesehatan gajah di TWA Buluh Cina oleh pemerintah. Vantara dikenal menjadi salah satu pusat penyelamatan dan rumah sakit gajah terbesar di dunia.
Ia menjelaskan, tim dokter spesialis gajah dari India telah melakukan diagnosis awal, mempelajari kondisi kesehatan serta kesejahteraan gajah di lokasi tersebut, terutama pasca merebaknya penyakit herpes. Mereka turut mensurvei lokasi yag menjadi outbreak penyakit herpes.
“Kami akan melakukan langkah-langkah preventif measurement dari medis secara berkala. Untuk menghindari terjadi kematian gajah lagi,” ujar dia. [WLC02]
Sumber: UGM, Kementerian Kehutanan






Discussion about this post