Wanaloka.com – Parkinson menjadi penyakit neurodegeneratif dengan prevalensi terbanyak kedua setelah Alzheimer, yakni sekitar 160 kasus pada 100 ribu populasi. Penyebabnya adalah berkurangnya hormon dopamin di otak yang menyebabkan penderita mengalami penurunan gerak anggota tubuh. Juga bisa disebabkan trauma dan infeksi yang mengenai susunan saraf pusat (otak).
Biasanya, penderita Parkinson paling sering ditemukan di kawasan yang mengalami pencemaran limbah industri. Antara lain limbah mangan, magnesim, karbon monoksida, methanol, etanol, sianida, dan terbaru adalah MPTP yang menyebabkan gejala permanen Parkinson.
“Paling banyak, penderita mengalami penurunan fungsi otak pada substantia nigra,” kata dokter spesialis neurologis atau saraf, Priya Nugraha dalam gelaran Dokter Unair TV bertajuk “Badan Gemetaran? Waspadai Parkinson” pada 16 September 2022.
Baca Juga: Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Penularan Penyakit Lewat Nyamuk
Gejala-gejala Parkinson akan muncul pada usia 40-70 tahun. Meskipun beberapa kasus juga ditemukan pada penderita usia lebih dini. Ada empat gejala utama yang dirangkum dalam mnemonik TRAP, yakni tremor, rigiditas, akinesia (pelambatan), dan postural instability (instabilitas postural). Tremor dialami ketika penderita tengah istirahat.
“Jadi, kalau sedang istirahat dan ngobrol, tangannya agak sedikit gemetaran,” kata Ugra, sapaan akrabnya.
Biasanya, penderita tidak menyadari beberapa gejala Parkinson tengah dialami. Pada banyak kasus, justru orang-orang terdekat penderita, seperti teman, pasangan, atau keluarga yang mengetahuinya.
Baca Juga: Kelebihan Gula dan Garam Jadi Biang Penyakit, Ini Tips Mengontrolnya
Discussion about this post