Sabtu, 25 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Ada Keberlanjutan Ekonomi Masyarakat dari Dampak Konservasi Kekayaan Hayati

Bumi Indonesia tengah menghadapi tekanan besar dalam dunia flora, mulai dari deforestasi, konversi lahan, perambahan hutan, hingga perubahan iklim. Tak sedikit spesies kini berada di ambang kepunahan.

Jumat, 2 Mei 2025
A A
Kantung semar, salah satu tanaman khas Indonesia. Foto ambquinn/pixabay.com.

Kantung semar, salah satu tanaman khas Indonesia. Foto ambquinn/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Sebanyak spesies Nepenthes atau yang juga dikenal sebagai kantung semar dapat ditemukan tersebar di dataran tinggi maupun rendah di Pulau Sumatera. Jumlah 33 spesies ini antara lain adalah spesies endemik, 5 jenis Critically Endangered dan 3 jenis Endangered.

Hampir semua jenis Nepenthes dilindungi undang-undang. Di sisi lain, Nepenthes juga merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar nasional maupun internasional, karena bentuknya yang unik.

Peneliti PREE lainnya, Tika Dewi Atikah memaparkan mengenai “Potensi Jenis-jenis Tumbuhan yang Diperdagangkan”. Ia menyoroti beberapa jenis tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi dan aktif diperdagangkan, seperti spesies penghasil gaharu (Aquilaria sp.) dan Dalbergia parviflora atau akar laka.

Baca juga: Gamahumat akan Diuji Coba untuk Memperbaiki Kesuburan Tanah di Lahan Bekas Tambang

“Salah satu hasil penelitian di Pulau Buru menunjukkan rata-rata biomassa Aquilaria sp. mencapai 600,5 kg per hectare. Ini menunjukkan potensi ekonominya yang signifikan,” ungkap dia.

Selain itu, Dalbergia parviflora (akar laka), tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dupa dan obat, masih banyak diperdagangkan. Terutama kayu yang telah mati dan lapuk. Sedikitnya 1.300 warga di tiga kabupaten di Kalimantan Tengah terlibat dalam rantai perdagangan akar laka.

“Ini menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat,” terang Tika.

Baca juga: Akademisi dan LBH se-Jawa Ajukan Permohonan Informasi Publik Soal Pengelolaan PLTU ke KLH

Ia menekankan pentingnya kebijakan berbasis data dan pendekatan sosial untuk mengelola perdagangan spesies bernilai tanpa mengabaikan aspek konservasinya.

Kemudian Joeni S. Rahajoe yang juga Peneliti PREE memaparkan hasil kajian timnya di kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), khususnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

“Kami mencatat ada 95 jenis tanaman bermanfaat yang digunakan masyarakat di sekitar IKN. Sekitar 58,7 persen di antaranya merupakan spesies asli Kalimantan,” jelas dia.

Baca juga: Bencana Karhutla 244 Hari, Apel Kesiapsiagaan Karhutla 2025 Digelar

Menurut dia, pendekatan penanaman yang diterapkan masyarakat di wilayah ini memadukan spesies lokal, non-lokal bernilai ekonomi, dan spesies dari Daftar Merah IUCN, seperti Durio kutejensis, Baccaurea lanceolata, dan Aquilaria microcarpa. Sistem agroforestri tersebut tidak hanya menghasilkan nilai ekonomi, tetapi juga menyimpan karbon, dengan rata-rata cadangan karbon mencapai 33,28 Mg C/ha.

“Pendekatan ini memberi manfaat ganda ekonomi sekaligus konservasi,” kata Joeni.

Kekayaan tumbuhan Indonesia dengan tingkat endemisitasnya yang tinggi menjadikannya sangat penting untuk dilestarikan. Sayangnya, banyak di antaranya terancam punah, sehingga dukungan riset yang dapat mengungkapkan manfaat dan nilai tambahnya sangat penting untuk dilakukan. BRIN mendorong riset berbasis lapangan dan laboratorium bekerjasama dengan berbagai stakeholder dan dan keterlibatan masyarakat lokal sebagai kunci untuk memastikan konservasi dan pemanfaatan berjalan secara seimbang dan berkelanjutan. [WLC02]

Sumber: BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: BRINkantung semarkeanekaragaman hayatikekayaan hayatiPusat Riset Ekologi dan Etnobiologispesies lokal

Editor

Next Post
Kawasan Konservasi Ilmiah Karangsambung di Kebumen, Jawa Tengah. Foto Dok. BRIN.

Karangsambung, Laboratorium Alam yang Rekam Sejarah Geologi Pulau Jawa

Discussion about this post

TERKINI

  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
  • Dosen Departemen Geografi Lingkungan UGM, Dr. Emilya Nurjani. Foto kagama.co.Emilya Nurjani, Sampaikanlah Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dengan Bahasa Mudah Dipahami
    In Sosok
    Jumat, 24 Oktober 2025
  • Ilustrasi kearifan lokal masyarakat adat Kasepuhan Girijaya di Sukabumi, Jawa Barat. Foto Dok. IPB University.Belajar dari Kearifan Lokal Kasepuhan Girijaya dan Tahura Atasi Perubahan Iklim
    In Rehat
    Kamis, 23 Oktober 2025
  • Ilustrasi Walhi tolak PLTGU Batang. Foto Dok. Walhi.Walhi Tolak Proyek PLTGU Batang, Gunakan Gas Fosil Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca
    In Lingkungan
    Kamis, 23 Oktober 2025
  • Ilustrasi biwak yang diperjualbelikan di Indonesia. Foto tomas_a_r_81/pixabay.com.Perdagangan Biawak Diperbolehkan, Tapi Jangan Merusak Ekosistem
    In News
    Rabu, 22 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media