Sebanyak spesies Nepenthes atau yang juga dikenal sebagai kantung semar dapat ditemukan tersebar di dataran tinggi maupun rendah di Pulau Sumatera. Jumlah 33 spesies ini antara lain adalah spesies endemik, 5 jenis Critically Endangered dan 3 jenis Endangered.
Hampir semua jenis Nepenthes dilindungi undang-undang. Di sisi lain, Nepenthes juga merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar nasional maupun internasional, karena bentuknya yang unik.
Peneliti PREE lainnya, Tika Dewi Atikah memaparkan mengenai “Potensi Jenis-jenis Tumbuhan yang Diperdagangkan”. Ia menyoroti beberapa jenis tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi dan aktif diperdagangkan, seperti spesies penghasil gaharu (Aquilaria sp.) dan Dalbergia parviflora atau akar laka.
Baca juga: Gamahumat akan Diuji Coba untuk Memperbaiki Kesuburan Tanah di Lahan Bekas Tambang
“Salah satu hasil penelitian di Pulau Buru menunjukkan rata-rata biomassa Aquilaria sp. mencapai 600,5 kg per hectare. Ini menunjukkan potensi ekonominya yang signifikan,” ungkap dia.
Selain itu, Dalbergia parviflora (akar laka), tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dupa dan obat, masih banyak diperdagangkan. Terutama kayu yang telah mati dan lapuk. Sedikitnya 1.300 warga di tiga kabupaten di Kalimantan Tengah terlibat dalam rantai perdagangan akar laka.
“Ini menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat,” terang Tika.
Baca juga: Akademisi dan LBH se-Jawa Ajukan Permohonan Informasi Publik Soal Pengelolaan PLTU ke KLH
Ia menekankan pentingnya kebijakan berbasis data dan pendekatan sosial untuk mengelola perdagangan spesies bernilai tanpa mengabaikan aspek konservasinya.
Kemudian Joeni S. Rahajoe yang juga Peneliti PREE memaparkan hasil kajian timnya di kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), khususnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
“Kami mencatat ada 95 jenis tanaman bermanfaat yang digunakan masyarakat di sekitar IKN. Sekitar 58,7 persen di antaranya merupakan spesies asli Kalimantan,” jelas dia.
Baca juga: Bencana Karhutla 244 Hari, Apel Kesiapsiagaan Karhutla 2025 Digelar
Menurut dia, pendekatan penanaman yang diterapkan masyarakat di wilayah ini memadukan spesies lokal, non-lokal bernilai ekonomi, dan spesies dari Daftar Merah IUCN, seperti Durio kutejensis, Baccaurea lanceolata, dan Aquilaria microcarpa. Sistem agroforestri tersebut tidak hanya menghasilkan nilai ekonomi, tetapi juga menyimpan karbon, dengan rata-rata cadangan karbon mencapai 33,28 Mg C/ha.
“Pendekatan ini memberi manfaat ganda ekonomi sekaligus konservasi,” kata Joeni.
Kekayaan tumbuhan Indonesia dengan tingkat endemisitasnya yang tinggi menjadikannya sangat penting untuk dilestarikan. Sayangnya, banyak di antaranya terancam punah, sehingga dukungan riset yang dapat mengungkapkan manfaat dan nilai tambahnya sangat penting untuk dilakukan. BRIN mendorong riset berbasis lapangan dan laboratorium bekerjasama dengan berbagai stakeholder dan dan keterlibatan masyarakat lokal sebagai kunci untuk memastikan konservasi dan pemanfaatan berjalan secara seimbang dan berkelanjutan. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post