Wanaloka.com – Di atas lembar-lembar koran yang di lantai, sejumlah perempuan bergantian menabur bunga mawar. Lalu bergantian pula, mereka memotong sebagian rambutnya. Kemudian diletakkan di atas lembaran koran bertabur kembang. Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Sabtu pagi, 29 Oktober 2022, bernuansa duka.
Mereka yang bergabung dalam Solidaritas Jogyakarta untuk Iran (Sojui) adalah aktivis, jurnalis, pekerja rumah tangga, akademisi, dan mahasiswa, yang berhijab atau pun tidak tengah menggelar aksi solidaritas untuk Mahsa Amini. Dia adalah perempuan muda Iran yang tewas karena diduga dipukul polisi moral di Teheran karena tidak memakai hijab sesuai aturan.
Baca Juga: Google Doodle Peringati Setahun Tempe Mendoan Jadi Warisan Budaya Takbenda
Solidaritas berupa aksi simbolik dengan menggunting rambut merupakan penanda, bahwa perempuan berdaulat atas dirinya. Sedangkan bunga-bunga tabur yang mereka bawa adalah simbol duka cita.
Aktivis perempuan Yogyakarta, Damairia Pakpahan menjelaskan, aksi damai itu bentuk solidaritas untuk perempuan. Bukan semata masalah hijab, melainkan menentang segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia.
Baca Juga: World Energy Outlook 2022: Perang Rusia – Ukraina Percepat Transisi Energi
“Kami menyerukan agar negara dan setiap orang menghormati pilihan perempuan mengenakan dan tidak mengenakan jilbab. Menghargai pilihan perempuan dengan bebas berdaulat,” kata Damairia dalam siaran pers yang diterima Wanaloka.com.
Aksi solidaritas itu berpijak pada kasus penangkapan perempuan beretnis Kurdistan, Mahsa Amini oleh polisi Iranpada 13 September 2022 di sebuah Stasiun Teheran. Mahsa usai turun dari kereta api. Ia datang dari Kota Saqqez bersama saudaranya. Polisi moralitas Iran menangkapnya dengan tuduhan tidak memakai hijab sesuai aturan.
Baca Juga: Menyenangkan, Cuaca Jakarta Pagi hingga Malam Cerah
Rekaman CCTV di kantor polisi merekam dia jatuh dan pingsan ketika menunggu panggilan pemeriksaan. Dia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma, kemudian meninggal pada 16 September 2022.
Kematian Mahsa menyulut gelombang protes besar di Iran dan seluruh dunia. Kelompok hak asasi manusia Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia atau HRNA menyebutkan, pasukan keamanan Iran berlaku membabi buta. Mereka telah membunuh 244 pengunjuk rasa dan menangkap lebih dari 12.500 orang dalam demonstrasi anti-pemerintah yang dipicu kematian Mahsa Amini.
Baca Juga: Banjir Landa Lamsel dan Majene, BNPB Laporkan Dua Orang Meninggal Dunia
Sebagian demonstran yang tewas merupakan anak-anak. Komite Perlindungan Jurnalis atau Committee to Protect Journalists dan sejumlah media massa melaporkan pemerintah Iran juga menangkap dan menahan 40 jurnalis.
Aksi Sojui merupakan kelanjutan aksi yang sudah berlangsung di depan Kedutaan Iran di Jakarta pada 3 dan 18 Oktober.
Baca Juga: Misteri Gunung Api
“Kami juga mengungkapkan rasa simpati yang mendalam kepada keluarga pengunjuk rasa Iran yang luar biasa dan yang kehilangan nyawa,” ujar Damai.
Solidaritas ini mendesak Pemerintah Republik Iran untuk menghentikan kekerasan terhadap demonstran dan jurnalis. Selain itu, aksi ini juga mendesak Pemerintah Republik Islam Iran untuk melakukan investigasi ulang secara independen dengan metode yang transparan dan jujur untuk mengungkap kematian Mahsa Amini.
Baca Juga: Covid-19 Terus Bermutasi, Masyarakat Jangan Khawatir Berlebihan
Pemerintah Indonesia sepatutnya bersuara dan mendesak Pemerintah Iran untuk menghentikan segala bentuk kekerasan seperti penangkapan, pemukulan, dan penembakan pengunjuk rasa yang memperjuangkan hak asasi manusia.
Pemaksaan pemakaian jilbab tidak hanya terjadi di Iran, melainkan juga di Indonesia. Human Rights Watch (HRW) menerbitkan laporan tentang berbagai aturan pemaksaan pemakaian jilbab di sekolah-sekolah negeri dan kantor pemerintahan pada Maret 2021. Temuan HRW menunjukkan pengalaman korban pemaksaan jilbab dalam bentuk intimidasi, perundungan, penghakiman publik, dan teror psikologis yang membuat korban trauma.
Discussion about this post