“Kami berharap semakin banyak anak muda yang dapat menikmati indahnya lansekap alam Indonesia, dapat menikmati keanekaragaman flora dan fauna, serta keanekaragaman budaya di TN dan TWA,” ujar Raja Juli.
Baca juga: Enam Temuan Baru Greenpeace Ungkap Rencana Besar Industri Nikel di Raja Ampat
Di sisi lain, ia juga mengingatkan bahwa wisata alam di TN dan TWA bukan mass tourism. Melainkan eco tourism yang memiliki tujuan konservasi yang saling memberikan manfaat bagi pengunjung dan alam itu sendiri.
“Enjoy dan nikmati wisata alam kita, tapi jangan sampai merusak! Jangan ambil apapun kecuali foto, ambil semua memori indah di sana, tapi jangan tinggalkan sampah di tempat wisata alam,” ujar dia.
Saat ini, Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut tengah mendigitalisasi sistem tiket masuk. Harapannya untuk menguatkan sistem kuota pengunjung demi menjaga daya dukung dan daya tampung TN TWA, serta transparansi keuangan.
Baca juga: Tim Ekspedisi Sulawesi Temukan Katak Terbang yang Hilang Satu Abad
“Kami akan terapkan kuota yang lebih ketat. Bukan dilarang untuk wisata alam naik gunung misalnya, tapi kuotanya dibatasi untuk kepentingan ekosistem dan kenyamanan pengunjung,” terang Raja Juli.
Nantinya, seluruh TN dan TWA akan menerapkan sistem e-ticketing dan pembayaran secara cashless atau non tunai. Perkembangan sistem digitalisasi itu diklaim telah mencapai 87 perseb. Hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari tiket masuk yang diperoleh nantinya akan digunakan kembali memperbaiki ekosistem dan infrastruktur kawasan.
Dalam gelaran Indofest 2025 ini, Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan (PJL) Ditjen KSDAE membuka booth pameran yang menyajikan paket-paket wisata alam menarik dari berbagai TN dan TWA di Indonesia. Di Booth PJL KSDAE, pengunjung dapat menemukan berbagai informasi wisata berbasis konservasi, lengkap dengan jalur penjelajahan, atraksi satwa liar, hingga program edukasi lingkungan. [WLC02]
Sumber: Kementerian Kehutanan
Discussion about this post