Hasil analisis Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan pemicu kegempaan di Cianjur bukan berasal dari peningkatan aktivitas Gunung Gede. Kondisi Gunung Gede saat ini masih level satu atau normal.
Baca Juga: Ini Konsep Pemukiman Tahan Bencana di Wilayah Cincin Api
“Dari data-data saat ini, tidak ditemukan adanya peningkatan aktivitas Gunung Gede, sehingga masyarakat harap tetap tenang,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan, 22 November 2022.
Analisis terhadap Gunung Gede dilakukan, menurut Hendra karena gunung tersebut pernah terjadi krisis kegempaan sekitar tahun 1950-an. Usai diteliti karakter Gunung Gede, menunjukkan krisis kegempaan itu muncul setiap 20 tahun. Namun aktivitas Gunung Gede tidak pernah berlanjut menjadi level yang lebih tinggi.
“Terlepas dari historis Gunung Gede pernah erupsi, baik berupa awan panas ataupun aliran lava, tetapi dari 100 hingga 200 tahun terakhir belum menunjukkan peningkatan,” jelas Hendra.
Baca Juga: Basoeki Hadimoeljono, Infrastruktur Tahan Gempa untuk Mitigasi Bencana
Gempa akan Berulang di Lokasi Sama
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono dalam wawancara dengan CNN pada 23 November 2022 menjelaskan, semula, gempa bumi di Cianjur diperkirakan berasal dari sisi sebelah selatan, yaitu dari sesar Cimandiri.
“Tetapi hasil posisi gempa dari kawan-kawan seismologi BMKG, menunjukkan sumbernya berada di arah utaranya. Mengindikasikan bukan bagian dari sesar Cimandiri. Jadi sesuatu sesar yang belum terpetakan,” jelas Mudrik.
Menurut Mudrik, sebuah gempa bumi akan berulang di lokasi yang sama. Gempa bumi akan memiliki periode ulang. BRIN telah melakukan penelitian untuk mencari tahu jejak-jejak yang sebenarnya dari patahan-patahan yang menghasilkan gempa bumi.
Baca Juga: Sumber Gempa Dangkal Hari Ini Guncang Pulau Mentawai
“Kami melakukan penelitian dengan melihat kejadian gempa bumi lampau,” kata Mudrik.
Gempa bumi yang pernah terjadi di wilayah Jawa Barat pernah terjadi tahun 1800-an. Kemungkinan bersumber dari lokasi yang sama dan memiliki periode ulang 180 tahun.
“Tapi kami harus lebih rinci menunjukkan di mana jelas sesar aktif itu berada,” terang Mudrik [WLC02]
Sumber: UGM, Kementerian ESDM, BRIN
Discussion about this post