Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menerangkan bahwa SLI Operasional Tahun Anggaran 2023 diselenggarakan di Temanggung. SLI diikuti 30 peserta yang terdiri dari 3 peserta dari Penyuluh Petani Lapang (PPL) dan 27 peserta petani kopi.
Dodo menuturkan, SLI merupakan cara BMKG sebagai penyedia Informasi dan petani sebagai “end user” berinteraksi melalui penyuluh petani lapangan. SLI juga merupakan salah satu bentuk dukungan BMKG pada sektor pertanian. Tujuan utamanya adalah meningkatkan wawasan petani tentang informasi iklim dan cuaca BMKG dan menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan pertanian.
Baca Juga: Cedera Akut dalam Pendakian Tak Sembarang Pijat dan Urut
SLI mencakup tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan pengetahuan iklim petani dan kemampuan mereka untuk mengantisipasi fenomena iklim tertentu dalam aktivitas usaha tani mereka. Kedua, membantu petani dalam mengamati parameter iklim dan menggunakan aplikasi dalam kegiatan dan strategi usaha tani mereka. Dan, ketiga, membantu petani untuk menerjemahkan dan memahami informasi dan prakiraan iklim guna mendukung kegiatan pertanian, terutama keputusan awal tanam dan strategi pengelolaan tanaman mereka.
“Produktivitas dan harga jual kopi ditentukan proses perawatan dan pengolahan. Jadi perlu proses perawatan dan pengolahan tepat agar nilai jualnya mencapai nilai maksimal,” terang Dodo.
Baca Juga: Dokter Pendaki Serukan Kesadaran Publik Soal Keselamatan Pendakian
SLI untuk Petani Cabai Magelang
Kegiatan SLI lainnya digelar di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dodo menjelaskan, kegiatan SLI tersebut diikuti 30 peserta yang terdiri dari Penyuluh Petani Lapang (PPL) dan petani cabai.
Kegiatan SLI yang sudah berlangsung sejak 2018 itu telah tiga kali membina petani mulai dari komoditas padi varietas methik susu di Pekunden dengan rata-rata hasil panen raya 6,7 ton/hektare. Tahun 2020 dengan komoditas tomat menghasilkan kenaikan 3-4 kg/pohon lebih besar. Baru-baru ini, tahun 2022 dengan komoditas daun bawang (onclang) hasil sebesar 61, 76 ton / hektare dengan usia tanaman sekitar 90 – 100 hari. Hasil tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan hasil panen normal dalam kondisi cuaca atau iklim terdampak anomali iklim La Nina berintensitas lemah dengan melihat mulai tanam pada akhir Maret (30 Maret 2022).
Baca Juga: Dua Gempa di Laut Banda Maluku Dirasakan Hingga Skala IV MMI
Dwikorita menambahkan, BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Magelang bulan April – Juni 2023 berada kategori rendah (51-100 mm) hingga menengah (151-300 mm). Sedangkan musim kemarau umumnya diprakirakan maju dua dasarian (lebih cepat dari normalnya) terjadi bulan Agustus 2023. Kecuali wilayah Secang dan Grabag, puncak musim kemarau terjadi pada Juli 2023.
“Petani dan penyuluh pertanian yang mengikuti SLI Operasional dapat beradaptasi terhadap perubahan cuaca dan iklim yang terjadi sehingga dapat meningkatkan produktivitas petani,” kata Dwikorita. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post