Minggu, 22 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Antisipasi Iklim Ekstrem, BMKG Muktahirkan Data Normal Hujan

Kamis, 6 Januari 2022
A A
Dua perempuan menanam padi di sawah. Foto Wanaloka.com.

Dua perempuan menanam padi di sawah. Foto Wanaloka.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – BMKG usai merampungkan pemutakhiran basis data normal hujan periode 1991-2020. Pemutakhiran dilakukan agar basis data itu bisa digunakan sebagai acuan kondisi iklim. Sekaligus melaksanakan amanat World Meteorogical Organization (WMO) yang mengharuskan Badan Meteorologi tiap negara di dunia melakukan pemutakhiran secara serempak. Sebelumnya, Indonesia mengacu pada basis data normal hujan periode 1981-2010.

“Normal hujan periode 1991-2020 ini menjadi titik krusial yang akan menjadi base line berbagai macam informasi berkaitan dengan iklim. Paling tidak selama 10 tahun mendatang,” kata Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati dalam Exposes Normal Hujan melalui virtual meeting yang diikuti seluruh Kepala Unit Pelaksana Teknis Bidang Klimotologi dan Pusat Klimatologi BMKG sebagaimana dilansir dalam lama bmkg.go.id, Rabu, 5 Januari 2022.

Pemutakhiran diperlukan karena masyarakat Indonesia sudah banyak yang merasakan peranan informasi iklim dari BMKG. Terutama masyarakat aktivitas dan mata pencahariaannya terkait sektor pertanian, ketahanan pangan, pengurangan risiko bencana, energi, kesehatan dan air.

Baca Juga: Ini Penjelasan BMKG Soal Pesan Berantai Cuaca Dingin Awal 2022 Sebab Aphelion

Mengingat konsekuensi logis dari penerapan normal baru antara lain dapat menggeser sudut pandang terhadap kejadian anomali iklim. Peristiwa-peristiwa iklim ekstrem atau penyimpangan iklim dapat meningkatkan risiko kegagalan yang berpotensi merugikan masyarakat.

“Persoalannya, itu bisa dianggap hal yang biasa, karena semakin sering terjadi,” kata Dwikorita.

Dia mencontohkan sektor pertanian. Kondisi penyimpangan iklim seperti kekeringan yang panjang atau banjir dan genangan dapat memicu terjadinya gagal panen. Lantaran sudah dianggap biasa, bisa jadi tidak dilakukan penanganan secara proporsional.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: banjirBMKGIklim ekstremkekeringanKepala BMKG Dwikorita Karnawatinormal hujan

Editor

Next Post
Elyana Mahadevi, mahasiswi Teknik Lingkungan ITB. Foto itb.ac.id.

Elnaya Mahadevi: Perubahan Iklim 10 Tahun Terakhir Benar-benar Drastis

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi menunggu hujan reda. Foto Shlomaster/pixabay.com.Baru 19 Persen Wilayah di Indonesia Memasuki Musim Kemarau
    In News
    Sabtu, 21 Juni 2025
  • Ilustrasi pulau kecil. Foto Dok. KKP.KKP Larang Jual Beli Pulau, Tapi Boleh Dimanfaatkan Pemodal Luar dan Dalam Negeri
    In News
    Sabtu, 21 Juni 2025
  • Cherax igli, salah satu lobster baru temuan tim peneliti Fakultas Biologi UGM. Foto Dok. Christian Lukhaup.Ada Temuan Tujuh Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
    In Rehat
    Jumat, 20 Juni 2025
  • Ilustrasi pertambangan di pulau kecil. Foto Dok. KKP.Ada Izin Tambang di Pulau Kecil Citlim di Kepulauan Riau
    In News
    Jumat, 20 Juni 2025
  • Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Hatma Suryatmojo. Foto UGM Channel/Youtube.Hatma Suryatmojo, Berlakukan Moratorium Tambang di Kawasan Geopark, Pulau Kecil dan Hutan Lindung
    In Sosok
    Kamis, 19 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media