Berdasarkan data laporan luar negeri, jumlah yang terinfeksi Covid-19 pada kelompok belum tervaksinasi secara proporsional lebih besar.
“Bila itu terjadi juga di Indonesia, maka B-Infection rate akan lebih rendah lagi,” kata Tonang.
Melalui ketiga simulasi tersebut, saat kondisi paling pesimistis, yaitu pada simulasi pertama pun, sekitar 99 persen orang yang sudah tervaksinasi dapat dicegah dari infeksi Covid-19. Risiko gejala yang diakibatkan Covid-19 pun menurun dan dapat mengurangi risiko penularan kepada orang lain.
“Jadi terpenuhi tujuan vaksinasi adalah melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya,” kata Tonang.
Jika dilihat dari simulasi pertama, Tonang mengatakan angka B-Infection rate tersebut wajar dan layak dinyatakan vaksinasi sangat mampu mencegah infeksi Covid-19. Jika dianggap kasus sebenarnya 30 kali lipat dari laporan, maka B-infection rate 2,96 persen.
Baca Juga: Pasien Omicron Bergejala Ringan Tak Perlu Dirawat Rumah Sakit
Tonang tak menampik ada kekhawatiran angka laporan nasional tersebut belum cukup representatif, karena kapasitas tes belum merata. Apabila dilakukan simulasi serupa untuk Jakarta yang kapasitas tes sudah relatif merata, maka simulasi pertama menghasilkan B-Infection rate sebesar 10,01 persen.
Tonang menilai tak tepat menyebut angka 90 persen atau lebih itu dianggap tidak ada manfaatnya. Mengingat banyak faktor yang saling melengkapi, terutama menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi.
“Memang ada saatnya jenuh menerapkan prokes terus. Ada kalanya longgar. Maka vaksin yang berperan dalam jangka panjang,” jelas Tonang.
Dia bersyukur apabila sebagian besar yang sudah divaksinasi ternyata mencegah infeksi. Bagi sebagian kecil yang masih terinfeksi,. Tonang memeringatkan untuk terus berhati-hati walau sudah divaksinasi.
“Syaratnya masih sama prokes ketat, vaksin dipercepat. Sampai kita yakin sudah bisa mengendalikan pandemi,” kata Tonang. [WLC02]
Discussion about this post