Senin, 19 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Awal 2025, Ribuan Ternak Sapi Terpapar Penyakit Mulut dan Kuku

Senin, 6 Januari 2025
A A
Ilustrasi ternak sapi. Foto Wanaloka.com

Ilustrasi ternak sapi. Foto Wanaloka.com

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Berdasarkan Laporan Dinas Ketahanan Pangan dan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebanyak 824 sapi terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) per 1 Januari 2025. Dari jumlah tersebut, 21 ekor sapi dilaporkan mati. Ratusan ternak, terutama sapi di DIY yang terpapar PMK itu terjadi di Gunungkidul, Bantul, Sleman, dan Kulon Progo.

Jenis wabah yang menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, babi, kerbau, hingga domba ini mengalami lonjakan kasus sejak awal Desember 2024 lalu. Hingga saat ini, total kasus PMK secara nasional yang telah dilaporkan mencapai 8.483 kasus dengan jumlah kematian 223 kasus dan pemotongan paksa sebanyak 73 kasus. Data tersebut tersebar di sembilan provinsi, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pakar sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Aris Haryanto mengatakan kemungkinan lonjakan kasus PMK karena proses vaksinasi yang belum menyeluruh dan berkala.

Baca juga: Trekking ke Situ Gunung Sukabumi Lewat Jembatan Gantung Setengah Kilometer

“Kasus PMK kali ini merupakan gelombang kedua. Sebelumnya sudah pernah (vaksinasi) dan peternak sekarang sudah terinformasi. Namun karena kasusnya mereda, jumlah vaksinasinya juga menurun,” tutur Aris, Senin, 6 Januari 2025.

Penyakit PMK menular lewat udara

Penyakit PMK yang bernama lain apthae epizootica (AE), aphthous fever, atau foot and mouth disease (FMD) ini disebabkan virus RNA, genus Apthovirus yang termasuk dalam keluarga Picornaviridae. Meskipun virus ini memiliki berbagai serotipe, yakni O, A, C, Southern African Territories (SAT – 1, SAT – 2 dan SAT – 3) dan Asia – 1, kasus di Indonesia diyakini bertipe O.

Aris menjelaskan, penyebarannya sangat cepat dan menular pada hewan ternak, baik secara langsung, tidak langsung, maupun melalui udara. Penyebaran lewat udara inilah yang membedakan virus ini dengan jenis virus lainnya.

Baca juga: Pemerintah Terapkan Biodiesel B40 Berbasis Minyak Sawit Per 1 Januari 2025

“Virus ini bisa menyebar secara langsung melalui udara. Jika hewan itu ditempatkan berdampingan, kemungkinan tertularnya besar. Bahkan ada kasus di mana penularannya bisa sampai 200 km jaraknya,” terang Aris.

Soal penyebab penyakit PMK cepat merebak dalam beberapa tahun terakhir, menurut Aris berawal dari kasus pertama di Indonesia ditemukan di Jawa Timur dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Gelombang kedua wabah PMK kali ini juga muncul di kedua daerah tersebut.

Mitigasi lewat vaksinasi dan biosekuriti

Vaksin PMK yang terus digalakkan pemerintah adalah jenis vaksin sesuai dengan tipe virus yang muncul dalam kasus nasional. Sayangnya, produksi vaksin dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan vaksinasi untuk hewan-hewan ruminansia ternak yang rentan terkena PMK.

Baca juga: Waspada Wabah Virus HMPV Merebak di Cina, Berisiko Bagi Anak-anak dan Lansia

“Vaksinasi itu harus dilakukan minimal dua kali. Jarak antara vaksin pertama dan kedua itu sebulan. Setelah itu tetap harus divaksin setiap enam bulan sekali,” jelas dia.

Soal mitigasi wabah PMK, Aris menilai perlu dilakukan secara bertahap sesuai gejala yang muncul. Pada tahap pertama, hewan yang terkena PMK akan mengalami demam tinggi. Peternak diharapkan bisa bersikap tanggap dengan memberi analgesik dan antibiotik untuk meredakan nyeri dan demam.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: beternak sapipenyakit mulut dan kukuSatgas Penanggulangan PMKvaksinasi

Editor

Next Post
Peringatan 44 tahun banjir bandang dan longsor di Sangiang, 26 Desember 2024. Foto Dok. Tim Peneliti Prodi Ilmu Sejarah FIB Unpad.

Melengkapi Data Terserak 44 Tahun Banjir Bandang Sangiang

Discussion about this post

TERKINI

  • Pusat gempa dangkal 5,2 magnitudo yang mengguncang Kota Mataram, Lombok Barat, pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto tangkap layar Google Earth berdasarkan koordinat gempa BMKG.Kota Mataram Diguncang Lindu 5,2 Magnitudo Dirasakan Skala III MMI
    In News
    Minggu, 18 Mei 2025
  • Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dilanda bencana hidrometeorologi, banjir bandang pada Selasa, 13 Mei 2025. Foto BPBD Lumajang.Bencana Hidrometeorologi Landa Pulau Jawa dan Sulawesi Menelan Korban Jiwa
    In Bencana
    Kamis, 15 Mei 2025
  • Guru Besar Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Prof. Gunanti. Foto Dok. IPB University.Gunanti, Ayo Kolaborasi Shelter dan Animal Welfare untuk Hewan Terlantar
    In Sosok
    Rabu, 14 Mei 2025
  • Proses pencarian lanjutan pendaki hilang di Gunung Binaya di Maluku Tengah, 12-19 Mei 2025. Foto Dok. Balai TN Manusela.Pencarian Pendaki Hilang di Gunung Binaya Dilanjutkan Hingga 19 Mei 2025
    In News
    Rabu, 14 Mei 2025
  • Daun kelor. Foto Dok. Unair.Makanan Tambahan dengan Daun Kelor, Gizi Balita Stunting di Gunungkidul Alami Perbaikan
    In IPTEK
    Selasa, 13 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media