“Melalui program eksplorasi panas bumi oleh pemerintah ini sangat vital. Peran menurunkan risiko, yang diharapkan mengakselerasi investasi panas bumi,” kata Sugeng.
Baca Juga: KKP Berdalih Ekspor Pasir Laut Cegah Kerusakan Terumbu Karang
Selain survei terpadu 3G (geologi, geofisika, geokimia), pada 2023 Badan Geologi juga mempersiapkan lokasi pengeboran meliputi Penyusunan Dokumen Lingkungan (UKL/UPL) dan Penyiapan dan Pembangunan Infrastruktur Pengeboran. Kemudian pada 2024 akan dilakukan pengeboran di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat dan Banda Baru, Kabupaten Maluku Maluku Tengah.
Kegiatan Geo-Resources juga dilakukan untuk pengungkapan sumber daya migas melalui kolaborasi tripartit internal Kementerian ESDM antara Badan Geologi, Ditjen Migas dan SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi). Berfokus pada eksplorasi di Discovery Basin (27 Cekungan) untuk menemukan play concept dan prospek baru. Meliputi Peningkatan Akuisisi Data Geologi, Geofisika dan Geokimia di daerah yang kurang Data (greenfield), meliputi 69 Cekungan Unexplored Basin, 12 Cekungan Prospective Basin.
Modernisasi Alat Pemantau Kebencanaan
Dalam raker tersebut juga membahas modernisasi alat-alat yang dimiliki Badan Geologi secara terus menerus agar didapatkan hasil yang baik, cepat, tepat dan akurat. Terutama alat kegiatan pemantauan kebencanaan yang menyangkut keselamatan jiwa manusia.
Baca Juga: Indonesia Produksi Kendaraan Listrik, Pembangkit Listrik Masih dari Batu Bara
“Personel yang kompeten, tangguh dan mengerti bidangnya harus juga didukung peralatan yang mumpuni. Jangan ragu-ragu mengusulkan pengadaan alat-alat kerja untuk mendukung pekerjaan sehari-hari,” kata Arifin.
Alokasi anggaran Kementerian ESDM pada 2024 mengalami peningkatan sehingga pemanfaatannya harus lebih optimal. Terutama untuk kebutuhan pengadaan dan memodernisasi alat kegeologian yang ada agar menjadi lebih baik dan produktif. Badan Geologi telah menjadikan modernisasi peralatan pemantauan kebencanaan geologi menjadi prioritas utama yang telah disusun dan mulai dilaksanakan pada tahun 2022.
“Khusus untuk kebencanaan, kami lengkapi dengan peralatan yang lebih baru agar kami dapat memitigasi bencana untuk keselamatan masyarakat (early warning). Nyawa manusia di atas segalanya, sempurnakan alat-alat kami,” tegas Arifin.
Baca Juga: FAO Prediksi 2050 Dunia Kelaparan Akibat Pemanasan Global
Modernisasi peralatan tersebut, Sugeng menambahkan, bertujuan untuk mengisi kekurangan peralatan pemantauan bencana. Juga melakukan penggantian peralatan pemantauan dengan teknologi yang lebih baik.
Peralatan kebencanaan yang dimaksud seperti alat pemantauan gunung api, gerakan tanah (LEWS – Landslides Early Warning System), patahan aktif, dan SPPT (Stasiun Pengamatan Penurunan Muka Air Tanah). Modernisasi alat juga perlu terus dilakukan untuk peralatan laboratorium dan sarana teknis survei.
Mengingat sistem pemantauan kebencanaan geologi yang handal harus memenuhi prinsip cepat dalam penyajian data serta akurat dalam data dan hasil pengolahan. Kelak dapat dihasilkan peringatan dini yang cepat dan tepat untuk antisipasi ancaman bahaya, serta meminimalisir korban jiwa dan kerugian harta benda.
Baca Juga: Prof Ronny: Tren Lemak Hewan sebagai Bahan Bakar Dunia Penerbangan
“Tujuan penting modernisasi peralatan pemantauan kebencanaan geologi bukan hanya instalasi peralatan dan peralatan beroperasi dengan optimal. Namun tercipta kemandirian serta mimpi, visi, misi, tusi (tugas dan fungsi) menyelamatkan masyarakat dari ancaman dapat dikerjakan secara paripurna,” ucap Sugeng.
Pada 2022 telah dilakukan modernisasi peralatan pemantauan di 8 lokasi gunung api, 5 pos gunung api, 4 lokasi patahan aktif, 6 lokasi SPPT, dan 7 lokasi LEWS. Dukungan tambahan anggaran dari pemanfaatan IP PNBP, telah mendorong peningkatan modernisasi peralatan pemantauan pada tahun 2023, meliputi 12 lokasi gunung api, 7 pos gunung api, 5 lokasi patahan aktif, 8 lokasi SPPT, dan 7 lokasi LEWS.
Pada 2024, modernisasi akan terus ditingkatkan dan mendapat tambahan anggaran hampir dua kali lipat. Harapannya, program modernesasi alat dapat diselesaikan lebih cepat pada 2025. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM
Discussion about this post