Kamis, 28 September 2023
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Birdwatching, Mengamati Burung Liar Terbang Bebas di TWA Kerandangan

Sensasi menikmati burung-burung liar di udara menjadi potensi wisata alam yang ditawarkan di kawasan hutan di Lombok Barat. Burung apa saja yang ada di sana?

Senin, 19 Juni 2023
A A
Ilustrasi burung liar dalam wisata birdwatching. Foto kemenparekraf.go.id.

Ilustrasi burung liar dalam wisata birdwatching. Foto kemenparekraf.go.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kawasan hutan Kerandangan yang masuk dalam kawasan Desa Wisata Senggigi di Lombok Barat ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) pada tahun 1992. Total luasan kawasan hutannya mencapai 396,10 hektare. Bagi wisatawan yang suka menjelajah hutan dapat menikmati sensasi menelusurinya lewat jalan setapak di bawah naungan pepohonan tinggi nan rindang. Oya, TWA ini juga ramah untuk anak-anak lho.

Di sana, wisatawan bisa singgah untuk menikmati air terjun Putri Kembar dan Goa Walet yang biasanya menjadi tujuan utama. Aksesnya mudah. Pengunjung tinggal menyusuri jalan setapak berupa kombinasi paving dan tanah sejauh kurang lebih dua kilometer. Elevasinya juga tidak tinggi. Jadi, melenggang bersama anak akan menjadi satu aktivitas yang sangat menyenangkan.

Namun bagi mereka yang ingin berpetualang lebih jauh, TWA Kerandangan menyimpan keunikan lain yang menjadi primadona bagi wisatawan. Inilah birdwatching, yakni kegiatan pengamatan burung yang dilakukan di alam liar atau habitat asli mereka.

Baca Juga: Badan Geologi Jadi Kunci Pengungkap Potensi Sumber Daya Alam

Total ada 56 jenis burung yang sampai saat ini terdata di kawasan tersebut. Beberapa di antaranya masuk dalam kategori terancam punah, seperti Elang Flores (Nisaetus floris). Selain itu juga ada Celepuk Rinjani (Otus jolandae) dan Cekakak Kalung-Cokelat (Todiramphus australasia) yang keduanya masuk dalam status hampir terancam. Selain itu ada juga Kehicap Ranting, Cekakak Sungai, Raja Udang Biru, dan masih banyak lagi.

Inilah yang membuat TWA Kerandangan kian populer sebagai salah satu destinasi pilihan wisata alam. Khususnya bagi mereka yang memiliki minat khusus atau ketertarikan kepada satwa.
“TWA Kerandangan juga ‘rumah’ untuk satwa lain seperti ular juga kupu-kupu. Terdata 11 jenis ular, tiga di antaranya jenis berbisa yaitu ular jenis viper dan kobra,” kata Petugas TWA Kerandangan, Wahyudi Amin.

Mengenal Birdwatching
Wahyudi adalah salah satu inisiator pengembangan wisata minat khusus di TWA Kerandangan. Semula ia tidak mengetahui ragam flora dan fauna di TWA memiliki potensi nilai jual pariwisata yang tinggi.

Baca Juga: Angin Kencang, Karhutla di Dairi Sulit Dipadamkan  

Penghujung tahun 2012, Wahyudi yang belum lama memulai tugasnya sebagai tenaga kontrak di TWA Kerandangan mendapati seorang wisatawan asal Australia datang seorang diri membawa teropong. Wisatawan itu mengatakan ingin melihat burung-burung yang terbang liar di kawasan TWA Kerandangan.

“Saya hanya menemani dia sampai ke dalam hutan. Saya mengikuti aktivitasnya melihat burung-burung dan menikmati setiap kemunculannya,” kata Wahyudi.

Beberapa hari setelahnya, datang lagi wisatawan lain yang membawa kamera dengan lensa besar.

“Tujuannya juga sama, ingin mencari burung. Tapi kali ini dia lebih ke minat fotografi,” ujar Wahyudi.

Baca Juga: Nelayan Rupat Korban Tambang Pasir Laut, Tangkapan Berkurang dan Pulau Terancam Hilang

Dari dua pengalaman singkat dan mendadak itu, pemikiran Wahyudi jadi terbuka. Keberadaan satwa di TWA Kerandangan menjadi potensi. Apabila dikembangkan dengan pendekatan pariwisata berkelanjutan justru memberikan manfaat nilai ekonomi yang lebih luas.

Berbekal pengalamannya keluar-masuk hutan TWA Kerandangan serta data awal jenis-jenis burung yang jumlahnya baru 23 jenis, ia mencoba mengembangkan daya tarik ini. Memantau kembali jenis burung, aktivitas, juga kebiasaan untuk dicocokkan dengan data awal yang dimiliki. Apabila ada perilaku, lokasi, atau jenis burung yang belum terdata, ia mencatatnya sendiri. Tidak jarang Wahyudi sampai menginap di dalam hutan.

Niatan Wahyudi untuk menggali potensi dengan pendekatan pariwisata berkelanjutan semakin kuat ketika berdiskusi dengan salah seorang rekannya dari Universitas Mataram. Tak berapa lama, BKSDA NTB melakukan kerja sama dengan Universitas Mataram untuk melakukan riset dan pendataan lebih jauh tentang keanekaragaman yang ada di TWA Kerandangan.

Baca Juga: Bencana Longsor Kota Ambon, 121 Rumah Warga Rusak

“Saya juga terlibat di tim itu karena saya hafal kawasan pal batas, juga titik-titik pengamatan. Dari situ kami tahu sampai saat ini ada 56 jenis burung,” ujar Wahyudi.

Kini Wahyudi semakin paham dan mengetahui pola serta kebiasaan aktivitas hewan yang ada di dalam kawasan. Seperti beberapa waktu lalu, saat tim kampanye Sadar Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjelajah TWA Kerandangan, Wahyudi dengan cekatan mendefinisikan jenis-jenis burung hanya dengan mendengar kicauannya.

Di beberapa titik, Wahyudi meminta pengunjung untuk fokus memperhatikan pergerakan di sejumlah ranting. Ia menjelaskan, tak lama lagi akan ada pergerakan satu jenis burung. Dan benar saja, burung Cekakak Sungai terlihat melompat, kemudian menghilang di ujung pohon.

Baca Juga: Ramai-ramai Legislator Mengkritisi PP 26 yang Mengatur Ekspor Pasir Laut

“Daerah sini memang kawasan dari burung itu, aktivitasnya di jam-jam ini (sore hari),” kata Wahyudi.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: birdwatchingKampanye Sosialisasi Sadar WisataKemenparekrafpariwisata berkelanjutansustainable tourismTWA Kerandangan Lombok Barat

Editor

Next Post
Penetapan Cagar Biosfer Bantimurung Bulusaraung Ma'rupanne di Taman Nasional Wakatobi sebagai cagar biosfer baru. Foto brin.go.id.

Bantimurung Bulusaraung Ma’rupanne Diakui Bagian Cagar Biosfer Dunia

Discussion about this post

TERKINI

  • Guru Besar Ilmu Ekologi Manajemen Satwa Liar IPB UNiversity, Prof. Burhanuddin Masy’ud. Foto ipb.ac.id.Burhanuddin Masy’ud: Konservasi Eksitu Bisa Ubah Satwa Dilindungi Jadi Tak Dilindungi
    In Sosok
    Selasa, 26 September 2023
  • Rapat terbatas Presiden Jokowi membahas masalah Rempang. Foto Dok. BPMI Setpres.Pemerintah Hanya Menggeser Rumah, Walhi: Warga Rempang Jangan Terhasut
    In News
    Selasa, 26 September 2023
  • Peta Pulau Rempang. Foto ugm.ac.id.Diskusi UGM, Ini Alasan Pemerintah Ngotot Bangun PSN Rempang
    In News
    Selasa, 26 September 2023
  • Guru Besar Fakultas Peternakan UGM Prof. Bambang Suhartanto. Foto ugm.ac.id.Bambang Suhartanto: Beternak Sapi di Bawah Tegakan Perkebunan Sawit
    In Sosok
    Senin, 25 September 2023
  • Tim penjelajah biodiversity BKSDA Kalimantan Tengah. Foto ppid.menlhk.go.id.Jelajah 10 Hari di Kalteng Temukan Potensi 16 Spesies Baru
    In News
    Senin, 25 September 2023
wanaloka.com

©2022 Wanaloka Media

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Wanaloka.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2022 Wanaloka Media