Aktivitas kegempaan Gunung Sirung umumnya didominasi oleh gempa hembusan. Sejak Juli 2021 semua jenis gempa yang terekam tergolong rendah dan cenderung menurun secara fluktuatif hingga saat ini. Gempa hembusan pernah terekam maksimum 8 kali per hari pada 22 Januari 2022 dan tremor NonHarmonik maksimum 20 kali perhari pada 21 Juli 2021, sementara jenis gempa lainnya maksimum hanya 5 kali per hari.
Berdasarkan evaluasi Badan Geologi, menyebutkan, hingga saat ini aktivitas Gunung Sirung tergolong rendah dan cenderung memperlihatkan penurunan kegempaan yang konsisten.
Baca Juga: Mengenal Empat Tata Rias Pengantin Gaya Yogyakarta
Gempa vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma dari kedalaman terekam sangat rendah. Namun demikian proses interaksi antara uap magma dan sistem hidrothermal diperkirakan dapat tetap berlangsung di kedalaman tubuh Gunung Sirung sehingga erupsi freatik dapat berpotensi terjadi sewaktu-waktu tanpa didahului oleh prekursor kegempaan.
Dari sisi potensi ancaman bahaya, selain ancaman bahaya dari erupsi freatik yang dapat terjadi sewaktu-waktu yang dapat melontarkan abu, lumpur, dan batu-batu di dalam area kawah, terdapat juga potensi ancaman bahaya gas-gas vulkanik beracun seperti CO2, CO, SO2, dan H2S di daerah puncak/kawah Gunung Sirung.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh maka tingkat aktivitas Gunungapi Sirung diturunkan dari Level II (Waspada) menjadi Level I (Normal) pada tanggal 1 April 2022 pukul 18.00 WITA.
Baca Juga: Longsor di Cilacap, Desa Kutabima Terisolir dan 3 Rumah Tertimbun
Badan Geologi merekomendasi, masyarakat di sekitar Gunung Sirung, pengunjung, wisatawan membatasi aktivitas dan tidak berlama-lama berada di sekitar kawah, tidak mendekati danau kawah yang bersifat asam, tidak bermalam di area kawah aktif, dan tidak mendekati lubang tembusan gas untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.
Sebelumnya, status Gunung Sirung dinaikan menjadi Level II (Waspda) setelah mengalami erupsi (freaktik) pada 21 Juli 2021. Erupsi Gunung Sirung (862 mdpl), melontarkan abu berwarna putih-kelabu yang teramati dengan intensitas tipis-sedang dan tinggi sekitar 2.000 meter di atas puncak kawah. Erupsi Gunung Sirung, saat itu, diperkirakan dipicu oleh interaksi antara uap magma dan sistem hidrotermal. [WLC01]
Discussion about this post