Dikatakannya, pemerintah daerah dapat melakukan kajian terkait masalah dan kebutuhan apa saja yang masih harus dimaksimalkan sehingga mampu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana yang akan datang.
“Temukan masalahnya, mulai dari tanggul jebol, pendangkalan sungai, kerusakan jalan dan infrastruktur. Peralatan apa saja yang harus ditambah, perbaikan rumah warga dan relokasi tempat tinggal warga agar tidak terdampak banjir lagi di kemudian hari,” ujar Kepala BNPB.
Baca Juga: Pengelolaan Komunitas Adat Diapresiasi, Hak Masyarakat Adat Jauh Panggang dari Api
Kecepatan dan ketepatan langkah pendataan serta penanganan pada saat tanggap darurat, kata Suharyanto, menjadikan langkah rehabilitasi dan rekonstruksi terlaksana dengan tepat dan efektif sekaligus membangun kesiapsiagaan yang lebih kuat untuk menghadapi potensi bencana.
Suharyanto berharap langkah-langkah tanggap darurat banjir yang dilakukan saat ini dapat meminimalisir potensi bencana di tahun 2023 mendatang.
“Aceh Tamiang setiap tahunnya terjadi banjir, semoga tahun depan [2023] kita dapat meminimalisir intensitas kejadian bencana dengan semakin baik melalui langkah tepat dalam menjalankan upaya-upaya saat tanggap darurat saat ini,” imbuh Suharyanto.
Baca Juga: Serba Serbi KTT G20, Ikut Merasakan Berkah Akses Jaringan 5G
Usai memimpin rapat koordinasi, Suharyanto meninjau salah satu lokasi pengungsian warga. Kepala BNPB secara simbolis memberikan bantuan operasional Dana Siap Pakai (DSP) sebesar Rp500 juta h dan paket logistik senilai Rp250 juta.
Bantuan ini merupakan bantuan tahap I untuk mendukung penanganan bencana banjir Aceh Tamiang. BNPB akan memberikan bantuan tahap lanjutan sesuai dengan hasil kajian dan kebutuhan pemerintah daerah di lapangan. [WLC01]







Discussion about this post