Mitigasi perlu kolaborasi antar-instansi
Hanik Humaida menyampaikan tingkat aktivitas gunungapi di Indonesia cukup tinggi dengan karakter yang berbeda dan tipe erupsi yang berbeda pula. Aktivitas gunung api periode 2000-2021 terjadi lebih dari 150 erupsi dari 38 gunungapi dengan berbagai tipe erupsi, yaitu efusif, eksplosif, dan freatik, serta menimbulkan berbagai fenomena bahaya.
Upaya mitigasi memerlukan identifikasi terhadap aktivitas gunung api terlebih dahulu. Kemudian memahami bahaya serta risikonya yang diidentifikasi melalui pengamatan tipe erupsi gunungapi dan periode pengulangan erupsi. Juga perlu dilakukan identifikasi atas fenomena-fenomena erupsi, seperti awan panas letusan, awan panas guguran, gas, jatuhan abu, lahar, lava flow, dan tsunami, serta dampak jangkauan bahaya.
Apabila aktivitas dan bahaya bencana gunungapi sudah diidentifikasi, selanjutnya dilakukan upaya mitigasi bencana. Mitigasi bencana tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja, melainkan perlu dilakukan bersama oleh seluruh stakeholder terkait.
Baca Juga: Status Gunung Dempo Waspada, Hati-hati Ancaman Erupsi Freatik
“Mitigasi bencana gunungapi, meliputi peringatan dini, diseminasi informasi, edukasi dan sosialisasi,” papar Hanik.
Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Afrial Rosa mengungkapkan, seluruh stakeholder memiliki peran yang sama dalam melakukan mitigasi bencana gunungapi. Salah satunya adalah diseminasi informasi terkait mitigasi bencana gunungapi kepada masyarakat. Ia menilai, ada hal yang perlu diperbaiki antara semua stakeholder terkait agar diseminasi informasi dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat dengan baik.
“Perlu ada alur koordinasi yang jelas dalam sistem mitigasi bencana ini, sehingga dapat dipastikan peringatan dini kondisi bencana itu sampai ke masyarakat,” tandasnya.
Berkah di balik bahaya gunungapi
Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof. Nana Sulaksana mengatakan, di balik potensi bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas gunung api, ada berkah yang bisa dimanfaatkan oleh manusia ataupun makhluk hidup lainnya.
Pertama, gunungapi sumber regenerasi tanah. Endapan vulkanik pascaerupsi merupakan penyubur wilayah pertanian.
“Kalau tidak ada gunung api, tidak ada peremajaan kepada tanah di sekitarnya,” kata Nana dalam diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Berkah dan Bencana Gunung Api” yang dilansir dari laman unpad.ac.id.
Kedua, gunungapi berperan sebagai penyedia komoditas air. Bahkan air yang dihasilkan cukup banyak dan bisa dimanfaatkan secara langsung. Komoditas air tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum kemasan. Mengingat air di wilayah gunungapi sudah kaya akan mineral.
“Lain kalau di wilayah kapur dan sedimen, sudah pasti harus diolah dulu,” ujar Prof. Nana.
Ketiga, gunung api juga memiliki banyak kandungan mineral yang dapat ditambang dan dimanfaatkan bagi aktivitas manusia. Kawasan ini menyimpan energi panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan energi panas bumi.
Baca Juga: Erupsi Gunung Semeru Muntahkan Abu Vulkanis Setinggi 200 Meter
Keempat, menjadi lokasi wisata untuk menambah pendapatan masyarakat hingga berperan dalam membentuk peradaban. Sejarah mencatat, beberapa kerajaan Nusantara berada di kaki gunung berapi. Tinggalan artefak seperti candi atau prasasti sebagian besar menggunakan sumber batu dari material gunung api.
Meskipun sering disebut sebagai bencana, erupsi gunung api adalah proses keseimbangan alamiah yang sudah terjadi beratus tahun lalu. “Erupsi gunung api adalah siklus alam yang harus terjadi agar bumi harmoni dan layak dihuni,” pungkasnya.
Aktivitas manusia di wilayah gunung api tetap harus mengedepankan mitigasi. Aktivitas pemantauan, penelitan, dan sosialisasi mitigasi gunung api ke masyarakat harus rutin dilakukan. [WLC02]
Discussion about this post