Jumat, 27 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Burhanuddin Masy’ud: Konservasi Eksitu Bisa Ubah Satwa Dilindungi Jadi Tak Dilindungi

Spesies dengan laju pertumbuhan populasi rendah dan habitat rusak dapat dilakukan konservasi eksitu dan penangkaran di luar habitatnya.

Selasa, 26 September 2023
A A
Guru Besar Ilmu Ekologi Manajemen Satwa Liar IPB UNiversity, Prof. Burhanuddin Masy’ud. Foto ipb.ac.id.

Guru Besar Ilmu Ekologi Manajemen Satwa Liar IPB UNiversity, Prof. Burhanuddin Masy’ud. Foto ipb.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Indonesia termasuk negara megabiodiversitas karena kekayaan hayatinya terbesar ketiga di dunia, termasuk keanekaragaman satwa liarnya. Menurut Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Burhanuddin Masy’ud, kondisi tersebut mesti dijaga kelestarian, keberadaan dan pengembangan pemanfaatannya secara berkelanjutan.

Burhan mengulas konservasi eksitu dan penangkaran sebagai strategi pengawetan dan pemanfaatan satwa liar berkelanjutan penting dilakukan. Semisal, beberapa spesies burung yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti jalak putih, kakatua raja, seringkali menjadi incaran pemburu di alam. Tindakan itu berpotensi mengancam kelestarian spesies di alam.

Upaya menjamin kelestarian dilakukan dengan konservasi insitu di habitat alaminya. Sementara untuk spesies yang laju pertumbuhan populasinya rendah dan kerusakan habitatnya tinggi, cara yang dilakukan adalah melalui konservasi eksitu dan upaya penangkaran di luar habitatnya.

Baca Juga: Pemerintah Hanya Menggeser Rumah, Walhi: Warga Rempang Jangan Terhasut

Burhan juga menjelaskan pendekatan untuk meningkatkan aktivitas reproduksi satwa di eksitu dapat dilakukan dengan pemanfaatan tumbuhan afrodisiak berbasis kearifan lokal. Tujuannya untuk menstimulasi aktivitas reproduksi satwa. Afrodisiak merupakan makanan atau herbal yang diyakini dapat meningkatkan gairah seksual.

“Hasil percobaan kami bersama tim membuktikan pemberian kapsul bubuk daun sanrego (Lunasia amara) dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) berhasil menstimulasi libido seksual dan aktivitas perkawinan pada rusa timor jantan. Pemberian kapsul bubuk daun tabat barito (Ficus deltoidea Jack) dapat merangsang estrus (birahi) dan perkawinan pada rusa timor betina,” papar Burhan dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University pada 21 September 2023.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: aktivitas reproduksi satwa liarFakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Universitykonservasi eksituProf. Burhanuddin Masy’udumbuhan afrodisiak

Editor

Next Post
Ilustrasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto esdm.go.id.

Pemerintah Permudah Izin Lingkungan Pendirian SPKLU

Discussion about this post

TERKINI

  • Anggrek Dendrobium azureum. Foto Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/Fauna & Flora International-Indonesia Programme.Anggrek Biru Raja Ampat Terancam Punah, Tapi Tak Dilindungi Hukum Indonesia
    In Rehat
    Jumat, 27 Juni 2025
  • PLTP Blawan Ijen, Kabupaten Bondowoso yang diresmikan secara hybrid oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis, 26 Juni 2025. Foto: BPMI Setpres.Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Panas Bumi dan Surya, Klaim Nol Emisi Karbon Tepat Waktu
    In News
    Jumat, 27 Juni 2025
  • Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.Komisi IV DPR Janji Undang Aktivis Lingkungan untuk Bahas UU Baru Kehutanan
    In News
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Patroli tim Manggala Agni pasca kebakaran hutan di TNTN, Mei 2025. Foto TNTN.Walhi Riau Ingatkan Penertiban Taman Nasional Tesso Nilo Jangan Represif dan Militeristik
    In Lingkungan
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Bentrokan di Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada Kamis, 7 September 2023, terkait proyek pembangunan kawasan Rempang Eco-City. Foto walhiriau.or.id.Seruan Tokoh Lintas Agama, Tolak PSN yang Merusak Lingkungan dan Menggusur Rakyat
    In Lingkungan
    Rabu, 25 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media