Wanaloka.com – Indonesia termasuk negara megabiodiversitas karena kekayaan hayatinya terbesar ketiga di dunia, termasuk keanekaragaman satwa liarnya. Menurut Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Burhanuddin Masy’ud, kondisi tersebut mesti dijaga kelestarian, keberadaan dan pengembangan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Burhan mengulas konservasi eksitu dan penangkaran sebagai strategi pengawetan dan pemanfaatan satwa liar berkelanjutan penting dilakukan. Semisal, beberapa spesies burung yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti jalak putih, kakatua raja, seringkali menjadi incaran pemburu di alam. Tindakan itu berpotensi mengancam kelestarian spesies di alam.
Upaya menjamin kelestarian dilakukan dengan konservasi insitu di habitat alaminya. Sementara untuk spesies yang laju pertumbuhan populasinya rendah dan kerusakan habitatnya tinggi, cara yang dilakukan adalah melalui konservasi eksitu dan upaya penangkaran di luar habitatnya.
Baca Juga: Pemerintah Hanya Menggeser Rumah, Walhi: Warga Rempang Jangan Terhasut
Burhan juga menjelaskan pendekatan untuk meningkatkan aktivitas reproduksi satwa di eksitu dapat dilakukan dengan pemanfaatan tumbuhan afrodisiak berbasis kearifan lokal. Tujuannya untuk menstimulasi aktivitas reproduksi satwa. Afrodisiak merupakan makanan atau herbal yang diyakini dapat meningkatkan gairah seksual.
“Hasil percobaan kami bersama tim membuktikan pemberian kapsul bubuk daun sanrego (Lunasia amara) dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) berhasil menstimulasi libido seksual dan aktivitas perkawinan pada rusa timor jantan. Pemberian kapsul bubuk daun tabat barito (Ficus deltoidea Jack) dapat merangsang estrus (birahi) dan perkawinan pada rusa timor betina,” papar Burhan dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University pada 21 September 2023.
Discussion about this post