Rabu, 18 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Christopher Stremme: EEHV Jadi Penyebab Kematian Misterius Anak Gajah

Anak gajah yang mati mendadak sehingga terkesan misterius ternyata kebanyakan disebabkan virus. Seperti apa virus yang dimaksud?

Selasa, 19 September 2023
A A
Spesialis Kesehatan dan Konservasi Satwa Liar Universitas Syiah Kuala, Christoper Stremme DVM. Foto ildlife.usk.ac.id.

Spesialis Kesehatan dan Konservasi Satwa Liar Universitas Syiah Kuala, Christoper Stremme DVM. Foto ildlife.usk.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Elephant Herpesvirus jenis Elephant endotheliotropic herpesviruses (EEHV) atau Elephantid betaherpesvirus 1 (ElHV-1) menjadi penyebab dominan kematian misterius anak gajah di dunia konservasi. Tingkat mortalitas pada anak gajah yang terinfeksi mencapai 80 persen kejadian.

Spesialis Kesehatan dan Konservasi Satwa Liar Universitas Syiah Kuala, Christopher Stremme DVM (Doctor of Veterinary Medicine) mengatakan anak gajah yang mati secara mendadak sebetulnya telah menunjukkan gejala. Beberapa symptom ringan yang harus menjadi perhatian adalah kekurangan nafsu makan dan inkoordinasi gerakan. Secara fisik anak gajah akan terlihat normal, tetapi secara nyata virus tersebut telah merusak organ dalam anak gajah.

“Jika dilakukan pembedahan, kita dapat menemukan jantung, lambung, hingga otak telah rusak akibat mengalami hemoragi (pendarahan, red),” kata Christopher saat menyampaikan dalam Kuliah Umum IV (Wild) Kelompok Minat Profesi Veteriner Pet and Wild Animal (KMPV PW) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga dengan bertemakan “Elephant Herpesvirus” pada 6 September 2023.

Baca Juga: PSN Pulau Rempang, Ombudsman Sebut Ada Potensi Maladministrasi

Diagnosa Pakai PCR
Diagnosa pada anak gajah yang suspect menggunakan PCR dengan spesifik primer. Jika gajah mengalami kematian, maka tim kesehatan hewan konservasi harus melakukan pemeriksaan forensik secara post mortem untuk mengetahui penyebab utama kematian. Post Mortem diambil sampel dari jaringan yang memiliki kelainan konsistensi maupun bentuk untuk pengecekan lebih lanjut.

“Sampel dapat disimpan dalam paling lama 6 bulan dalam suhu minus 20 derajat celcius, direndam alkohol 95 persen, maupun formalin 8-10 persen,” jelas Christoper.

Anak gajah yang terkena Elephant Herpesvirus akan mengalami kekurangan cairan di dalam pembuluh darah. Upaya perawatan awal yang harus dilakukan adalah dengan mengisi volume cairan lewat intravena ataupun rektal menggunakan larutan NaCl fisiologis. Ditambah dengan terapi antiviral dengan penggunaan Famciclovir sesuai dosis.

Baca Juga: Yonvitner: Mangrove Ibarat Ibu yang Diperlukan untuk Mengasuh Banyak Anak

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: anak gajahEEHVElephant endotheliotropic herpesviruseskematian mendadakkonservasi gajahpembuluh darahpost mortemSpesialis Kesehatan dan Konservasi Satwa Liar Universitas Syiah Kuala Christopher Stremme

Editor

Next Post
Pembukaan The 4th Workshop of Blue Carbon Hub Think Thank - IORA di Bali. Foto Dok. Kemenko Marves.

Ekosistem Karbon Biru Diklaim Dukung Keberlanjutan Ekonomi Biru

Discussion about this post

TERKINI

  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Dua perempuan menanam padi di sawah. Foto Wanaloka.com.Teknik Alternate Wetting and Drying Hasilkan Padi Berkualitas dan Rendah Karbon
    In IPTEK
    Senin, 16 Juni 2025
  • Ilustrasi emisi karbon akibat deforestasi. Foto bones64/pixabay.comDokumen Second NDC Disusun, Menhut Minta Lebih Realistis dan Teknokratis
    In News
    Senin, 16 Juni 2025
  • Peneliti Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB University, Maryati Surya. Foto Dok. IPB University.Maryati Surya, Tupai dan Bajing Itu Tak Sama
    In Sosok
    Minggu, 15 Juni 2025
  • Peresmian Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya BMKG di Badung, Bali, 14 Juni 2025. Foto Dok. BMKG.Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Beroperasi 24 Jam Merespons Bencana
    In IPTEK
    Minggu, 15 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media