Senin, 27 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Crab Ball, Teknologi Memanen Kepiting Tanpa Mengganggu Populasi

Pemerintah melarang penangkapan kepiting bakau yang tengah bertelur atau pun kurang dari ukuran yang ditentukan. UNY mengembangkan teknologi untuk memanennya dalam ukuran besar tanpa mengganggu populasi.

Kamis, 5 Mei 2022
A A
Teknologi crab ball untuk memanen kepiting. Foto uny.ac.id.

Teknologi crab ball untuk memanen kepiting. Foto uny.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Penempatan crab ball harus di perairan payau yang dialiri pasang surut air laut. Jika lokasi itu terhambat aliran airnya, maka perlu dilakukan penghilangan hambatan  aliran air sehingga air dapat keluar masuk area budidaya dengan lancar. Sampah yang menumpuk atau lumpur yang menyumbat aliran harus dibersihkan secara rutin. Terhambatnya aliran air di area budidaya dapat menurunkan tingkat oksigen terlarut di kawasan tersebut yang berakibat tingginya kematian kepiting.

Baca Juga: Ini yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Lanskap KHDTK Gunung Bromo UNS

Jika jumlah kepiting yang dipelihara cukup banyak, maka ketersediaan oksigen terlarut sangat dibutuhkan. Lancarnya aliran air yang memfasilitasinya pergantian air di lokasi budidaya, juga menjamin pencucian wilayah budidaya. Bahan-bahan pencemar yang berasal dari daerah itu dapat dialirkan keluar dan digantikan dengan air yang segar.

Lurah Tirtohargo Sugiyamto mengisahkan, sebelumnya warga Baros mencari kepiting dengan menggunakan jaring atau jebakan secara tradisional, tetapi hasilnya kurang maksimal karena bersifat musiman.

“Lebih untung dengan budidaya kepiting ini melalui crab ball,” kata Sugiyamto.

Kegiatan yang diinisiasi Karang Taruna Baros telah menghasilkan kepiting dengan jumlah 4 ekor setiap kilogram. Ke depan, Sugiyamto berharap panen kepiting dapat mencapai jumlah 2 atau 1 ekor tiap kilogramnya. [WLC02]

Sumber: uny.ac.id

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: crustaceaEkosistem mangroveHutan mangroveKemendes PDTTkepitingKepiting bakauPantai Barosteknologi crab ballUNY

Editor

Next Post
Prof. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni. Foto fisip.uns.ac.id.

Ismi Dwi Astuti Nurhaeni: Perspektif Gender Penting dalam Pengelolaan Hutan Lestari

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media