Penempatan crab ball harus di perairan payau yang dialiri pasang surut air laut. Jika lokasi itu terhambat aliran airnya, maka perlu dilakukan penghilangan hambatan aliran air sehingga air dapat keluar masuk area budidaya dengan lancar. Sampah yang menumpuk atau lumpur yang menyumbat aliran harus dibersihkan secara rutin. Terhambatnya aliran air di area budidaya dapat menurunkan tingkat oksigen terlarut di kawasan tersebut yang berakibat tingginya kematian kepiting.
Baca Juga: Ini yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Lanskap KHDTK Gunung Bromo UNS
Jika jumlah kepiting yang dipelihara cukup banyak, maka ketersediaan oksigen terlarut sangat dibutuhkan. Lancarnya aliran air yang memfasilitasinya pergantian air di lokasi budidaya, juga menjamin pencucian wilayah budidaya. Bahan-bahan pencemar yang berasal dari daerah itu dapat dialirkan keluar dan digantikan dengan air yang segar.
Lurah Tirtohargo Sugiyamto mengisahkan, sebelumnya warga Baros mencari kepiting dengan menggunakan jaring atau jebakan secara tradisional, tetapi hasilnya kurang maksimal karena bersifat musiman.
“Lebih untung dengan budidaya kepiting ini melalui crab ball,” kata Sugiyamto.
Kegiatan yang diinisiasi Karang Taruna Baros telah menghasilkan kepiting dengan jumlah 4 ekor setiap kilogram. Ke depan, Sugiyamto berharap panen kepiting dapat mencapai jumlah 2 atau 1 ekor tiap kilogramnya. [WLC02]
Sumber: uny.ac.id
Discussion about this post