Wanaloka.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia pada 2024, bahwa para ahli menyepakati tantangan 10 tahun ke depan yang paling mengancam perkembangan ekonomi dunia adalah cuaca. Ancaman itu perlu diantisipasi sejak dini agar perubahan iklim tidak semakin merusak seluruh sendi kehidupan.
Sementara dampak perubahan iklim sudah sangat terasa saat ini di mana suhu udara semakin panas dibandingkan 20-30 tahun lalu sebelum era industri dimulai. Perubahan iklim saat ini, lanjut Dwikorita, telah mendekati batas yang disepakati bersama pada Perjanjian Paris COP21 pada 12 Desember 2015.
Saat itu, seluruh dunia bersepakat harus membatasi kenaikan suhu rata-rata global di angka 1,5 °C pada 2030. Faktanya, kenaikan suhu justru melaju lebih cepat dan sudah mencapai kenaikan 1,45°C di atas suhu rata-rata di masa pra-industri.
Baca Juga: Bencana Terorganisir di Halmahera, Habis Tambang Menggusur Hutan Terbitlah Banjir
“Dibandinhkan sekarang, 2023 sudah 1,45 derajat. Indonesia selama 30 tahun, kenaikan suhu maksimum hingga mencapai 0,9. Ini sangat signifikan kenaikannya,” ujar Dwikorita saat meresmikan Kantor Unit Pelaksana Teknis Stasiun Meteorologi Maritim Natuna di Lingkar Ranai, Puak, Kelurahan Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau pada 31 Juli 2024.
Berdasarkan pemodelan analisis yang dilakukan BMKG dengan asumsi masyarakat Indonesia tidak berhasil mengendalikan laju kenaikan suhu udara, pada akhir abad 2100 kenaikan suhu udara akan mencapai 3,5 derajat celcius. Atau dua kali lipat dari yang terjadi hari ini. Dampaknya tentu akan sangat berbahaya bagi masyarakat.
Dampak berbahaya yang dimaksud antara lain badai tropis semakin sering terjadi, gelombang tinggi semakin sering terjadi, serta intensitas dan durasinya semakin panjang. Salah satu dampak pernah terjadi di Natuna pada tahun 2023. Di sana mengalami bencana alam akibat Borneo Vorteks atau bibit badai tropis yang disebabkan kenaikan suhu permukaan air laut.
Baca Juga: 13 Geosite di Kebumen Diajukan KNIU Menjadi Geopark Global UNESCO
“Nah, kalau dibiarkan suhu naik terus selain badai tropis dan gelombang tinggi juga akan terjadi. Berikutnya sangat mengkhawatirkan bagi Natuna, yaitu kenaikan muka air laut. Semua itu disebabkan peningkatan suhu bumi,” jelas Dwikorita.
Discussion about this post