Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Deforestasi Penyebab Utama Konflik Ular Piton dengan Manusia

Yang terjadi sebenarnya bukan satwa yang masuk kampung dan perkebunan serta aktivitas anthropogenic lainnya. Tapi kampung dan manusialah yang semakin intensif  masuk hutan.

Kamis, 7 Agustus 2025
A A
Ular piton. Foto nature_with_eshan/pixabay.com.

Ular piton. Foto nature_with_eshan/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Dampaknya, populasi mangsa alami piton, seperti babi hutan (Sus sp.), rusa (Cervidae), kijang (Muntiacus muntjak), dan beberapa jenis primata, semakin berkurang. Kondisi ini memaksa piton mencari mangsa alternatif ke kebun dan permukiman masyarakat, mulai dari ayam, kambing, sapi. Bahkan dalam kasus ekstrem adalah memangsa manusia.

Perlu mitigasi segera

Haris menjelaskan karakteristik piton memang sebagai predator oportunis. Piton hanya memangsa hewan hidup. Ia menyergap mangsanya, melilit, mematahkan tulang mangsa, lalu menelannya utuh.

Baca juga: Kemenhut Klaim Pembangunan Fasilitas Wisata TN Komodo di Zona Pemanfaatan

Dengan sifat adaptif yang dimiliki, memungkinkan piton hidup di hutan primer, sekunder, hingga sekitar saluran air di perkotaan. Langkah mitigasi perlu segera dilakukan.

“Solusi jangka pendek harus dilakukan melalui zonasi risiko dan edukasi warga. Yang lebih penting adalah menjaga habitatnya seperti hutan primer, hutan sekunder, kawasan karst, dan hutan riparian (hutan yang berbatasan langsung dengan badan air),” papar dia.

Selain itu, perlu ada sistem peta konflik manusia-satwa liar, khususnya permukiman dan aktivitas manusia di pinggiran hutan. Zona merah bisa ditetapkan sebagai langkah mitigasi berbasis data GPS dari kejadian sebelumnya.

“Edukasi juga penting. Banyak kasus terjadi karena masyarakat tidak tahu cara mengenali piton atau langkah evakuasi saat berhadapan dengan ular,” ucap dia. [WLC02]

Sumber: IPB University

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: DeforestasiIPB Universitykonflik dengan manusiaular piton

Editor

Next Post
Mempawah Mangrove Park (MMP), Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Foto Yunaidi Joepoet/WWF Indonesia.

Dalam 40 Tahun, Satu Juta Hektare Lahan Mangrove Hilang Akibat Alih Fungsi Lahan

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media