“Sistem tersebut masih memiliki beberapa kekurangan,” aku Dwikorita.
Ia mencontohkan satu kejadian bencana dimana terjadi tsunami akibat longsor di bawah laut yang terjadi di wilayah yang sangat dekat. Namun tidak terdeteksi sistem tersebut.
Melalui kegiatan sosialisasi, Dwikorita berharap pihaknya tetap terus belajar untuk bereksperimen, melakukan percobaan, analisis serta melakukan inovasi teknologi yang sudah ada. Kemudian mengintegrasikan dengan sistem sosial masyarakat, sehingga tercipta keseimbangan antara teknologi dengan kearifan lokal di Indonesia.
Baca Juga: Varietas Padi Gamagora 7 Tahan Hama dan Tumbuh di Lahan Kering
Dwikorita juga mengapresiasi seluruh pakar yang telah mencurahkan tenaga untuk membangun ketangguhan sistem demi mewujudkan ketangguhan masyarakat. Begitu juga konsorsium gempa bumi dan tsunami yang terus melakukan pengembangan sistem prosesing gempa bumi dan tsunami Merah Putih yang saat ini masih berjalan dan tengah disiapkan sistem peringatan dini gempa bumi.
“Semoga hasil pengembangan tersebut dapat segera diujicoba, sehingga kami dapat mewujudkan keselamatan dan ketangguhan masyarakat,” kata Dwikorita.
SOP tersebut memiliki kedudukan penting dalam rantai peringatan dini gempa bumi dan tsunami di Indonesia sebelum dinyatakan berlaku secara resmi. Kajian SOP InaTEWS masuk dalam salah satu kegiatan Kajian dan Pengembangan InaTEWS tahun 2023 yang didanai dari Indonesia Disaster Resilience and Initiative Project (IDRIP) pada Komponen 2 Perluasan Jaringan, Penguatan Sistem Monitoring serta Peningkatan Kualitas Layanan Informasi terkait ancaman Geofisika. [WLC02}
Discussion about this post