Wanaloka.com – Kekeringan merupakan bencana hidrometeorologi yang umum terjadi di beberapa wilayah terpencil di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Sebab fasilitas pendukung dalam pengelolaan penyediaan air baku terbatas, serta masih sedikit perhatian yang diberikan pada kesiapsiagaan menghadapi kekeringan, terutama penilaian risiko kekeringan.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkapkan hasil penelitian mengenai kerentanan kekeringan di Pulau Jawa, yang telah diterbitkan di Kuwait Journal of Science berjudul “The Spatial Distribution of A Comprehensive Drought Risk index in Java, Indonesia”.
Penelitian tersebut untuk meningkatkan pemahaman tentang kerentanan dan dukungan sistem peringatan dini kekeringan.
Baca Juga: Sewindu PSN, Jokowi: Penyelesaian Proyek Jangan Represif
“Penelitian ini akan membahas berbagai variabel dan langkah-langkah pengelompokkan kerentanan kekeringan,” ujar Erma pada Seminar Nasional Fisika ke-4 di Universitas Jember pada 7 September 2023.
Erma menjelaskan, secara distribusi spasial, terdapat perbedaan antara wilayah di Jawa dalam merespons bencana kekeringan. Bencana kekeringan dihitung berdasarkan data curah hujan dari 1.000 lebih pos hujan yang tersebar di Pulau Jawa selama 30 tahun.
“Dari data tersebut, diperoleh Indeks Bencana Kekeringan (Drought Hazard Index/DHI) yang menunjukkan wilayah dengan risiko tinggi bencana kekeringan terjadi di Jawa Barat bagian selatan,” ungkap Erma.
Baca Juga: Dwikorita Karnawati: Perlu Komitmen Politik Kepala Negara Atasi Krisis Air
Discussion about this post