Wanaloka.com – Cendawan atau fungi merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah, tetapi belum dioptimalkan di Indonesia. Pengetahuan dan data terkait fungi pun masih cenderung rendah.
Bahkan masih banyak yang belum bisa membedakan, fungi termasuk flora atau fauna. Lantaran fungi-fungi liar yang tumbuh di sekitar hutan, taman, rumah jarang diperhatikan dibanding fungi edible yang ada di pasaran.
“Jangan sampai beranggapan juga, bahwa fungi adalah tumbuhan, walau mirip secara morfologi,” ujar Dosen Divisi Mikologi Departemen Biologi FMIPA IPB University, Ivan Permana saat menyampaikan kuliah singkat tentang fungi kepada ratusan siswa SMA berbagai daerah di Indonesia dalam acara Kuliah Online Sehari di BioIPB yang berlangsung secara daring pada 24 Maret 2023.
Baca Juga: 5 Kali Erupsi Gunung Anak Krakatau Paling Aktif Meletus di 2023
Secara evolusi, fungi lebih dekat dengan hewan daripada tumbuhan, tetapi bukan juga merupakan hewan. Jadi anggapan bahwa fungi adalah sayuran juga kurang tepat.
Ivan menjelaskan kelompok fungi secara taksonomi atau ukuran terbagi menjadi tiga, yakni khamir atau ragi, kapang dan jamur. Khamir merupakan fungi unisel mikroskopik, kapang merupakan multisel mikroskopik, dan jamur merupakan multisel makroskopik.
Fungi atau cendawan dikenal untuk dimanfaatkan berbagai industri. Mulai dari industri pangan, kesehatan hingga kosmetika, industri bioenergi. Dari segi pangan, fungi memiliki nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh.
Baca Juga: Antisipasi Gagal Panen, Petani Kopi dan Cabai Perlu Literasi Soal Iklim dan Cuaca
Discussion about this post