Wanaloka.com – Gempa berskala Magnitudo (M) 6,7 mengguncang Kepulauan Nias, Sumatera Utara, pada Senin, pukul 04.09 WIB. Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG, Daryono mengatakan, letak gempa Nias M6,7 berada di zona seismic gap, pada 1797 di zona ini terjadi gempa dahsyat M8,5 memicu terjadinya tsunami dan menewaskan ratusan orang.
Hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG menunjukkan sudah terjadi 4 kali gempa susulan (aftershock) dengan skala Magnitudo terbesar 6,0.
Episenter gempa Nias M6,7 berada pada koordinat 0.71 LS-98.50 BT atau 161 kilometer Tenggara, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara, pada kedalaman 25 kilometer di laut. BMKG menegaskan, gempa ini tidak memicu potensi tsunami. Guncangan gempa Nias M6,7 dirasakan hingga skala VI MMI (Modified Mercalli Intensity).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto menegaskan, penanganan dampak gempa Nias prioritas utama keselamatan masyarakat.
Merespons bencana gempa Nias, BNPB akan segera mengirimkan tim reaksi cepat (TRC) untuk melakukan penilaian dampak pasca-gempa M6,7 Nias Selatan. Suharyanto berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan tidak perlu panik atau takut.
“Dengan terjadinya gempa ini, masyarakat tetap harus waspada tapi tidak perlu panik dan tidak takut,” kata Suharyanto dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 14 Maret 2022.
Baca Juga: Pemerintah Investigasi Dugaan Kebocoran Sumur Gas di PLTP Sorik Marapi
Suharyanto mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat agar tetap siaga dalam menghadapi potensi gempa susulan dari segmen megathrust Mentawai. BNPB melalui TRC akan memberikan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam upaya penanganan darurat bencana sesuai kebutuhan di lapangan.
Suharyanto berpesan, jika akan beraktivitas di dalam ruangan, perhatikan jalur evakuasi keluar yang mudah jika terjadi kondisi darurat.
“Berdasarkan pengalaman pada gempa-gempa sebelumnya, terjadinya korban bukan akibat gempa tetapi akibat bangunan yang roboh,” kata Suharyanto.
Baca Juga: Alue Dohong: Pengelolaan Hutan Indonesia Berubah Menjadi Landscape Forest Management
Kepala BNPB meminta masyarakat menunjuk orang yang dituakan atau beberapa orang yang bisa memimpin dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari tempat yang aman jika terjadi gempa.
Menghadapi situasi darurat, barang kebutuhan pribadi yang harus disiapkan, antara lain makanan, obat-obatan, senter atau charger, harus segera disiapkan paling tidak 3 hari dalam tas siaga.
Letjen TNI Suharyanto meminta pemerintah daerah dan aparat TNI segera menyiapkan aksi berdasarkan rencana kontinjensi yang telah disusun, kemudian personel TNI dan Polri untuk segera turun dalam membantu kesulitan masyarakat akibat gempa bumi.
Baca Juga: Mengenal Test Anxiety Disorder, Cemas Luar Biasa Hingga Pingsan
“Kami memohon juga pimpinan daerah mulai kepala desa, camat, bupati, wali kota dan gubernur untuk turun dan memimpin aksi-aksi penanganan gempa dan melakukan perencanaan sesuai dengan rencana kontinjensi yang telah dibuat,” imbuh Suharyanto.
Hingga kini, BNPB masih terus melakukan koordinasi dengan BPBD terdampak, seperti di Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Pariaman, Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat.
Discussion about this post