Baca Juga: Waspada Potensi Cuaca Ekstrem di 24 Provinsi Ini
Contohnya, menanam pohon, merupakan langkah paling sederhana untuk menyerap karbon. Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
Langkah lainnya, menghemat energi, mengurangi perjalanan menggunakan pesawat karena sejumlah besar bahan bakar fosil digunakan untuk pesawat sehingga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan, mengurangi pembuangan makanan. Saat membuang makanan, maka sumber daya dan energi yang digunakan untuk menanam, memproduksi, mengemas dan mengangkutnya ikut terbuang. Ketika makanan membusuk di tempat pembuangan sampah atau landfill, gas metana juga mengakibatkan efek rumah kaca.
Aktivis lingkungan dari Marine Buddies Yogyakarta, Yuris Orchita Hapsari mengungkapkan, anak muda perlu terlibat dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Baca Juga: Kantong Plastik Jadi Sampah Terbanyak dan Berbahaya, Ini Cara Mengatasinya
Genarasi muda punya potensi besar dalam merespons perubahan iklim. Yuris merujuk hasil survei Yayasan Indonesia Cerah (YIC) tahun lalu, mengungkap kepedulian anak-anak muda pada isu lingkungan dan perubahan iklim. Sebanyak 82 persen dari total 4.020 responden, menyatakan mengetahui soal isu lingkungan, dan sebanyak 62 persen menyatakan manusia bertanggung jawab atas persoalan lingkungan.
“Selama ini kami cemas dengan apa yang akan terjadi dengan kami nanti kalau perubahan iklim terus terjadi. Mungkin karena kami sekarang terpapar banyak informasi soal perubahan iklim,” kata Yuris mahasiswi Kehutanan UGM.
Dia menggarisbawahi, peduli tanpa aksi nyata sama saja tidak ada artinya. Yuris memberikan tips apa yang bisa dilakukan anak-anak muda untuk merespons krisis iklim.
Pertama-tama, generasi muda bisa mengungkapkan pendapat dan keresahan mereka, bisa dengan teman atau berkelompok. Juga bisa turut andil mengkritisi dan memberi masukan kepada pemerintah agar menerapkan kebijakan ramah lingkungan.
Baca Juga: AS Nilai RI Mitra Strategis Atasi Perubahan Iklim, Ini Klaim Alasannya
Tips lainnya, kata Yuris, melakukan gaya hidup ramah lingkungan, belajar atau terjun dalam karier terkait lingkungan dan bergabung dalam komunitas peduli lingkungan.
“Di komunitas Marine Buddies misalnya, kami membuat konten edukasi soal lingkungan, ikut bersih-bersih pantai dan mempromosikan bijak nyampah,” kata Yuris, siaran pers yang diterima Wanaloka.com pada Minggu, 11 September 2022.
Baca Juga: Manusia Tinggal Punya Waktu 7 Tahun Lagi untuk Menjaga Bumi
Pembicara lainnya, Ketua Bidang Pengembangan Isu Wilayah Barat SIEJ Dedek Hendry, mencontohkan bagaimana kekuatan media terutama media alternatif mengadvokasi isu perubahan iklim di Bengkulu.
“Di Bengkulu ada isu produktivitas kopi Bengkulu menurun. Ternyata terkait perubahan iklim. Framingnya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” sebut Dedek. [WLC01]
Discussion about this post