Alumnus Pushkin State RL Institute Rusia ini mengatakan, secara budaya, rumpun Slavia Timur sulit berbaur dengan rumpun Indo-Jerman Barat. Ada banyak perbedaan yang tampak dari budaya Slavia dengan budaya negara-negara Barat. Hal ini kemudian menuai kritik keras dari Rusia.
“Jadi konflik ini murni lebih ke politik. Akar masyarakat Rusia dan Ukraina itu sangat kuat, dan mereka sama-sama menganut Ortodoks,” tambahnya.
Berakhir di Perundingan?
Baca Juga: Hati-hati, Duduk Bertumpu pada Tulang Belakang Sebabkan Saraf Kejepit
Supian menilai, ada kemungkinan konflik Rusia-Ukraina akan berakhir di meja perundingan. Sejarah telah membuktikan bagaimana diplomat Uni Soviet mampu menghindarkan konflik perang nuklir pada 1962.
“Ada satu motto yang dipegang teguh para diplomat Rusia-Ukraina hingga saat ini, yaitu lebih baik 10 tahun berunding daripada satu hari berperang. Slogan ini jadi kurikulum wajib calon diplomat,” kata Supian.
Motto tersebut lahir dari Menteri Luar Negeri Uni Soviet Andrei Gromyko. Ia berhasil menjadi ‘pahlawan’ yang mampu menghindarkan konflik perang nuklir di Kuba melalui meja perundingan.
Baca Juga: Gempa Pasaman Barat, 8 Orang Meninggal Dunia, 6 Warga Diduga Tertimbun Longsor
Menyelisik profil Andrei, sang pahlawan Uni Soviet, ternyata menarik. Supian menemukan, Andrei Gromyko berdarah Ukraina. Hal ini terlihat dari nama belakangnya yang merupakan marga Ukraina. Meski berasal dari Ukraina, Andrei kemudian besar di Moskow sampai ia wafat.
Dari sejarah ini Supian menemukan bahwa Rusia dan Ukraina selayaknya saudara kandung yang tidak bisa dipisahkan. Konflik terjadi akibat soal politik.
“Saya yakin konflik ini akan berakhir di meja perundingan,” harap Supian. [WLC02]
Discussion about this post