Tembaga dipilih sebagai bahan utama karena mempertimbangkan sifatnya yang lentur, tahan korosi dan mudah dibentuk. Selain itu, tembaga pun tidak mudah ditumbuhi lumut atau jamur, sehingga menimalkan perawatan yang dapat menganggu kegiatan kenegaraan.
Tembaga pun dapat berfungsi sebagai konduktor yang baik, membentuk Sangkar Faraday untuk menangkal listrik dan petir serta mencegah kebakaran akibat listrik statis. Model tersebut telah diterapkan pada bangunan GWK di Bali dan berfungsi dengan baik.
Baca Juga: Bencana Terorganisir di Halmahera, Habis Tambang Menggusur Hutan Terbitlah Banjir
“Kedua fungsi ini, estetis dan pragmatis, merupakan pencapaian dari konsep archsculpt yang saya ajukan. Saya telah lama bereksperimen menggabungkan fungsi estetis seni dengan pragmatisme bangunan. Istana Garuda tidak hanya berfungsi sebagai gedung pemerintahan tetapi juga sebagai simbol persatuan dan keindahan yang menyejukkan rakyat,” tutur dia.
Istana Garuda hadir sebagai bangunan ikonik yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dan modern. Dengan desain yang indah dan makna yang mendalam, Istana Garuda diharapkan dapat menjadi simbol kebangkitan bangsa Indonesia dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Sang Maestro Patung
I Nyoman Nuarta lahir pada 14 November 1951 di Tabanan, Bali. Ia merupakan putra keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra. Jiwa seninya mulai tumbuh ketika diasuh oleh pamannya, Ketut Dharma Susila, yang merupakan guru seni rupa.
Baca Juga: 13 Geosite di Kebumen Diajukan KNIU Menjadi Geopark Global UNESCO
Usai lulus SMA, Nyoman Nuarta menempuh Pendidikan di ITB tahun 1972. Awalnya, ia memilih jurusan seni lukis. Namun setelah menjalani satu tahun perkuliahan, ia pindah ke jurusan seni patung. Seni ini dianggap lebih unik, karena dapat menghasilkan karya tiga dimensi serta proses pengerjaannya yang lebih menarik dan dinamis.
Pada tahun 1979, Nyoman Nuarta mulai memperlihatkan prestasinya saat memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia. Hingga kini, ia sudah menghasilkan lebih dari 100 karya seni patung. Hampir seluruh karyanya menggambarkan seni patung modern sampai gaya naturalistik.
Baca Juga: Sensor Sap Flow Deteksi Daya Hidup Pohon secara Remote dan Real Time
Maestro patung Indonesia ini telah menciptakan sejumlah karya monumental yang menjadi ikon bangsa. Salah satu karya awalnya adalah monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya. Monumen tersebut menggambarkan semangat juang TNI Angkatan Laut.
Lalu karyanya yang paling terkenal adalah patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Pengimplementasian konsep culturepreneur dan pendekatan dalam bahasa bentuk realis-figuratif pada pengembangan GWK, merupakan salah satu bukti kontribusi nyata beliau pada bidang seni rupa. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post