Indonesia hingga kini hanya memiliki satu tipe serum antibisa polivalen, sehingga dibutuhkan pengembangan serum yang dapat menangani gigitan berbagai spesies ular berbisa. Di UGM, ada tim Venom Research Group yang terdiri dari dosen lintas fakultas dan telah menyelesaikan penelitian karakterisasi bisa (profiling venom) pada ular kobra Jawa (Naja sputatrix).
“Penelitian tersebut sudah selesai dan akan dilanjutkan dengan spesies ular berbisa lainnya,” ungkap dia.
Baca juga: Kadar Air Dalam Tanah Picu Longsor di Cilacap, Waspada Hujan Lebat 19-22 November 2025
Tantangan lain dalam pengembangan serum antibisa muncul dari kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Setiap wilayah memiliki spesifikasi ular berbisa yang berbeda, sehingga sulit menentukan komposisi serum yang cocok untuk seluruh daerah.
Selain itu, fasilitas snake farm yang belum memenuhi standar internasional menyulitkan ketersediaan venom yang stabil untuk kebutuhan penelitian.
Dalam penanganan kasus gigitan ular berbisa, Donan menekankan penting langkah imobilisasi untuk membatasi pergerakan area tubuh yang terkena gigitan. Metode bantalan tekan dapat diterapkan sebagai pertolongan awal pada kondisi darurat. Selain itu, menenangkan korban juga menjadi bagian penting agar racun tidak menyebar lebih cepat di dalam tubuh.
“Setelah itu, korban bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan,” jelas dia. [WLC02]
Sumber: UGM






Discussion about this post