Rabu, 24 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Manusia Tinggal Punya Waktu 7 Tahun Lagi untuk Menjaga Bumi

Kian sempit waktu manusia untuk mencegah pemanasan global. Setidaknya menjaga suhu bumi tak naik lebih dari 1,5 derajat Celcius.

Jumat, 22 April 2022
A A
Ilustrasi konisi bumi akibat penggunaan energi fosil. Foto sumanley/pixabay.com.

Ilustrasi krisis iklim di bumi. Foto sumanley/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Tema besar Hari Bumi 2022, yakni “Invest in Our Planet” atau investasi di planet kita mungkin akan tinggal nama. Menurut pakar iklim dari PBB pada 4 April 2022, manusia mempunyai waktu kurang dari tiga tahun untuk menghentikan emisi karbon yang memicu pemanasan global (global warming). Serta punya waktu kurang dari satu dekade untuk memangkas hampir setengahnya. Dengan kata lain, manusia tinggal punya waktu tujuh tahun lagi untuk menjaga bumi dengan mencegah pemanasan global tak separah hari ini.

Apabila gagal, bisa jadi waktu untuk memperingati Hari Bumi tinggal tujuh tahun lagi. Mengapa?

Dilansir dari utas akun Twitter @infoAstronomy, bahwa bukan tanpa alasan batasan waktu tujuh tahun itu. Mengingat pada 2018, secara internasional disepakati batasan pemanasan global yang dibuat manusia tak boleh lebih dari 1,5 derajat Celcius. Lantaran berisiko pada pelepasan efek perubahan iklim yang lebih parah bagi kehidupan semua makhuk hidup dan ekosistem di bumi apabila batasan itu dilanggar.

Baca Juga: Hari Bumi, Google Doodle Sajikan Potret Kerusakan Bumi

Lantas, berapa suhu bumi saat ini? Suhu bumi telah naik 1,1 derajat Celcius. Dan dampaknya sudah terasa meskipun kenaikannya masih di bawah 1,5 derajat Celcius. Dampak yang paling mudah dirasakan adalah manusia sudah kesulitan menentukan kapan musim kemarau dan penghujan tiba. Bulan Desember yang biasanya ditandai sebagai musim penghujan dengan hujan yang deras, pada 2021 lalu justru berasa panas seperti musim kemarau. Kondisi ini membuat petani kesulitan menentukan kapan saatnya menanam.

Sejumlah negara sudah merasakan dampaknya. Seperti hujan deras melanda Tiongkok dan Eropa yang mengakibatkan banjir dan ratusan orang tewas. Kemudian es di Greenland mencair secara besar-besaran sehingga bisa meneggelamkan daratan. Sementara kekeringan parah melanda Brazil yang mengakibatkan ratusan satwa liar mati kehausan.

Kondisi-kondisi tersebut merupakan tanda-tanda pemanasan global. Sebagaimana dilansir dari National Wildlife Foundation, pemanasan global adalah peristiwa yang membuat semakin hari bumi semakin panas, hujan banjir makin deras, badai makin hebat, dan kekeringan makin parah.

Baca Juga: Ini Salah Satu Penyebab Banjir Satu Meter Lebih di Labura

Kemudian, apa skenario terburuk? Pertama, apabila perilaku manusia berupa melepas emisi karbon masih berlangsung seperti saat ini, suhu bumi akan naik lebih dari 1,5 derajat Celcius dalam waktu tujuh tahun lagi. Artinya, dampak pemanasan global tak lagi bisa dicegah dan diubah.

Kedua, apabila suhu bumi naik 1,5 derajat Celcius akan berdampak pada produksi pangan yang menurun. Harga pangan naik drastis, kelaparan terjadi pada manusia sedunia.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: derajat CelciusEmisi karbonglobal warmingmenjaga bumipemanasan global

Editor

Next Post
Kondisi banjir di Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Kawarang, Provinsi Jawa Barat, pada Jumat, 22 April 2022. Foto Dok BNPB

1.200 Penduduk Terdampak Banjir di Karawang

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media