Di daerah perbatasan gelap terang tersebut terdapat friksi yang sangat sering mengakibatkan turbulensi dan badai di permukaan Jupiter. Badai paling terkenal yang selalu terlihat sejak manusia pertama kali mengarahkan teleskop ke Jupiter adalah The Great Red Spot. Disebut demikian karena badai itu terlihat seperti titik merah besar di permukaan Jupiter apabila diamati dari Bumi.
Saturnus juga mengalami fenomena aurora yang merupakan hasil interaksi partikel bermuatan dari matahari (angin matahari) dengan medan magnet Jupiter. Berbeda dengan medan magnet Bumi yang berasal inti Bumi, medan magnet Jupiter berasal dari interaksi elektron-elektron gas hidrogen penyusunnya.
Baca Juga: Wisata Healing dari Minum Jamu hingga Berenang Bersama Hiu
Serupa dengan Saturnus, Jupiter juga memiliki cincin yang hanya dapat terlihat dengan detektor inframerah karena material penyusunnya bukan es serta strukturnya tidak terlalu masif. Selain itu, Jupiter juga memancarkan energinya sendiri yang lebih besar daripada energi yang diterimanya dari matahari. Kondisi ini sering menimbulkan miskonsepsi yang menganggap bahwa Jupiter adalah bintang yang gagal.
“Reaksi fusi paling tidak bisa terjadi kalau massa dari sebuah benda itu kira-kira 1/12 massa matahari. Sementara Jupiter massanya 1/1000 massa matahari, artinya dia masih terlalu jauh untuk menjadi sebuah bintang,” ujar Yusuf.
Baca Juga: Singkil Banjir Lagi, BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem Saat Pancaroba
Satelit-satelit Jupiter pertama kali teramati oleh Galileo pada 400 tahun lalu. Dia mengamati titik-titik kecil di sekitar Jupiter yang ternyata bergerak mengelilingi planet tersebut. Dari pengamatannya, Galileo mengambil kesimpulan bahwa Bumi mengorbit sesuatu yang lebih besar darinya seperti halnya satelit-satelit yang diamati mengorbit Jupiter, sehingga lahirlah teori heliosentris. Keempat satelit yang diamati Galileo dikenal sebagai Galilean Moons yang merupakan empat satelit terbesar Jupiter, yaitu Ganymede, Europa, Io, dan Callisto.
Malam itu, karena langit Lembang tertutup awan tebal, pengamatan difokuskan dari Kupang menggunakan teleskop berdiameter 20 sentimeter dengan panjang fokus 2 meter. Target pengamatan adalah planet Saturnus dan Jupiter yang sedang mengalami fase oposisi sehingga dapat terlihat jelas dari Bumi. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post