“Pertemuan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut,” papar Dwikorita.
Baca Juga: Dua Beruang Madu Korban Jerat di Perkebunan Sekitar TNGL Langkat
Lantaran kondisi tersebut, lanjut Dwikorita, BMKG mempercepat proses pembangunan fasilitas terpadu BMKG di NTT beserta sistem dan infrastrukturnya. Tujuannya untuk meminimalisir risiko multi bencana geo-hidrometeorologi melalui kecepatan, ketepatan, dan keakuratan informasi peringatan dini cuaca, iklim, dan tsunami.
Ia menjelaskan, dalam fasilitas tersebut juga dibangun Radar Cuaca C-Band yang mampu mendeteksi fenomena cuaca setiap 10 menit dengan jangkauan wilayah mencapai radius maksimal hingga 350 km.
Baca Juga: Sejarah Observatorium Bosscha dalam Tiga Keping Perangko
“Keberadaan radar ini sangat penting untuk pemantauan potensi hujan ekstrem secara real time di wilayah NTT dalam cakupan deteksinya. Ini berguna dalam proses pembuatan informasi peringatan dini cuaca ekstrem,” papar Dwikorita.
Fasilitas Pelayanan Terpadu BMKG itu menempati tanah seluas 8.670 meter persegi yang merupakan hibah Pemerintah Provinsi NTT kepada BMKG. Fasilitas tersebut juga disiapkan untuk kegiatan layanan di berbagai sektor pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Meliputi sektor transportasi, infrastruktur, pertanian dan perikanan, sumber daya energi, energi, lingkungan hidup, kesehatan, pariwisata industri, perdagangan, perindustrian, dan sebagainya.
“InsyaAllah, keberadaan fasilitas ini dapat memperkuat sistem peringatan dini multi bencana di wilayah timur Indonesia. Juga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan data dan informasi MKG untuk seluruh wilayah NTT,” harap Dwikorita. [WLC02]
Sumber: BMKG
Discussion about this post