Wanaloka.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan daerah rawan bencana. Pertama, gempa bumi dan tsunami karena diapit beberapa sumber pembangkit gempa aktif. Di bagian utara terdapat Sumber Gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust), Sesar Naik Sawu (Sawu Thrust), dan Sesar Semau (Semau Thrust).
Kemudian di bagian selatan terdapat sumber gempa di bidang kontak Zona Megathrust yang memiliki kekuatan maksimum mencapai M8,5, serta Jalur Sesar Naik dan Lipatan Timor (Timor Fold and Thrust Belt-FTB). Sejarah mencatat, bencana gempa bumi merusak dan tsunami sudah sering kali terjadi di NTT, seperti pada tahun 1855, 1891, 1896, 1908, 1919, 1977, 1979, 1982, 1991, 1992 dan 2004.
Kedua, berdasarkan data kejadian bencana yang bersumber dari data bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, wilayah tersebut juga rawan bencana hidrometeorologi. Bencana yang paling banyak terjadi setiap tahun adalah banjir, tanah longsor, curah hujan ekstrem, dan puting beliung.
Baca Juga: MOU KLHK dan Yayasan ARSARI Djojohadikusumo untuk Keanekaragaman Hayati
Bencana paling besar terjadi saat kejadian Siklon Tropis Seroja pada 5 April 2021. Bencana tersebut mengakibatkan ratusan orang tewas dan data kerusakan infrastruktur cukup massif.
“Padahal Indonesia bukan merupakan daerah lintasan siklon tropis,” ungkap Dwikorita di sela peresmian Fasilitas Pelayanan Terpadu BMKG NTT dan Operasional Radar Cuaca Kupang pada 2 Februari 2023.
Namun keberadaan siklon tropis di sekitar Indonesia, terutama yang terbentuk di sekitar Pasifik Barat Laut, Samudra Hindia Tenggara, dan sekitar Australia akan mempengaruhi pembentukan pola cuaca di Indonesia.
Baca Juga: Aktivitas Kawah Bromo Meningkat, Gunung Semeru Meletus
Perubahan pola cuaca akibat adanya siklon tropis inilah yang menjadikan siklon tropis memberi dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Siklon tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru.
Discussion about this post