Senin, 22 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Pakar UGM Desak Proyek Lahan 20 Juta Ha Ditinjau Ulang, Manfaatkan Lahan Tak Produktif

Sabtu, 18 Januari 2025
A A
Deforestasi hutan di Sumatera. Foto Facebook Yayasan WWF Indonesia.

Deforestasi hutan di Sumatera. Foto Facebook Yayasan WWF Indonesia.

Share on FacebookShare on Twitter

Baca juga: Proyek Pagar Laut, Komisi II DPR Tegaskan Menteri ATR Jangan Lepas Tangan

Pemerhati kebijakan sosial ekonomi pertanian, Prof. Subejo menyebutkan banyak faktor yang memengaruhi stabilitas produksi pangan yang terganggu. Antara lain karena penggunaan pupuk tidak efisien, peralatan pertanian masih terbatas, hingga masih minimnya irigasi pertanian.

Selain itu, kondisi sektor pertanian dihadapkan pada persoalan regenerasi petani, bahwa rata-rata petani semakin menua dan tidak banyak anak muda yang tertarik dan berminat menjadi petani.

“Tugas yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong masyarakat Indonesia usia muda untuk masuk ke dunia pertanian untuk regenerasi,” kata Subejo.

Baca juga: Status Awas, Warga Sekitar Gunung Ibu Lakukan Evakuasi Mandiri

Selain itu, tingkat kompetensi SDM petani masih rendah karena sebagian besar pendidikan petani rata-rata hanya lulusan sekolah dasar.

“Semua faktor tersebut perlu diperbaiki dan dikelola dengan baik, sehingga sangat berpengaruh pada ketahanan pangan Indonesia ke depan,” imbuh dia.

Soal kebijakan untuk melakukan alih fungsi lahan sebanyak 20 juta hektar yang direncanakan untuk sumber energi juga dinilai belum perlu diimplementasikan. Sebab, kebutuhan akan energi berbahan dasar kelapa sawit atau bioetanol masih bisa dicukupi dengan jumlah hutan sawit yang ada saat ini.

Di samping itu, pembukaan lahan hutan juga memiliki banyak efek samping yang akan dirasakan. Sebagaimana rencana pembangunan berkelanjutan yang perlu mempertimbangkan keseimbangan keragaman hayati dan ketersediaan pangan. [WLC02]

Sumber: UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: 20 Juta haDewan Guru Besar UGMkarbon emisikeragaman hayatilahan tak produktif

Editor

Next Post
Ilustrasi hewan ternak sakit. Foto ugm.ac.id.

Kasus PMK Ternak di Indonesia Butuh Penanganan Segera dan Serius

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media