Baca juga: Proyek Pagar Laut, Komisi II DPR Tegaskan Menteri ATR Jangan Lepas Tangan
Pemerhati kebijakan sosial ekonomi pertanian, Prof. Subejo menyebutkan banyak faktor yang memengaruhi stabilitas produksi pangan yang terganggu. Antara lain karena penggunaan pupuk tidak efisien, peralatan pertanian masih terbatas, hingga masih minimnya irigasi pertanian.
Selain itu, kondisi sektor pertanian dihadapkan pada persoalan regenerasi petani, bahwa rata-rata petani semakin menua dan tidak banyak anak muda yang tertarik dan berminat menjadi petani.
“Tugas yang harus dilakukan pemerintah adalah mendorong masyarakat Indonesia usia muda untuk masuk ke dunia pertanian untuk regenerasi,” kata Subejo.
Baca juga: Status Awas, Warga Sekitar Gunung Ibu Lakukan Evakuasi Mandiri
Selain itu, tingkat kompetensi SDM petani masih rendah karena sebagian besar pendidikan petani rata-rata hanya lulusan sekolah dasar.
“Semua faktor tersebut perlu diperbaiki dan dikelola dengan baik, sehingga sangat berpengaruh pada ketahanan pangan Indonesia ke depan,” imbuh dia.
Soal kebijakan untuk melakukan alih fungsi lahan sebanyak 20 juta hektar yang direncanakan untuk sumber energi juga dinilai belum perlu diimplementasikan. Sebab, kebutuhan akan energi berbahan dasar kelapa sawit atau bioetanol masih bisa dicukupi dengan jumlah hutan sawit yang ada saat ini.
Di samping itu, pembukaan lahan hutan juga memiliki banyak efek samping yang akan dirasakan. Sebagaimana rencana pembangunan berkelanjutan yang perlu mempertimbangkan keseimbangan keragaman hayati dan ketersediaan pangan. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post