Berdasarkan -data kejadian bencana dalam kurun waktu tiga tahun belakang, kejadian bencana di Indonesia terus meningkat. Per 10 November 2021 menunjukan data 2.340 kejadian bencana, per 10 November 2022 berjumlah 3.128 kali bencana, dan per 10 November 2023 naik lagi menjadi 3.354 kali bencana. Artinya, rata-rata kejadian bencana perhari ada sekitar 10 sampai 12 kali bencana.
Baca Juga: Permintaan Bantuan Hukum Penggugat Iklim Pulau Pari Dikabulkan Pengadilan Swiss
“Tetapi dampak bencana turun dari tahun ke tahun yang memperlihatkan hasil dari upaya pencegahan dan mitigasi,” jelas lulusan Seskoad pada 2003 itu.
Kemudian ada bencana non-alam, contohnya pandemi penyakit, seperti Covid-19. Suharyanto juga menuturkan pengalaman saat menjabat sebagai Ketua Satgas Penangananan Covid-19 dan Ketua Satgas Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
“Covid-19 sudah berakhir, sejak 21 Juni 2023 sudah masuk endemi dan sampai sekarang bisa terkendali. Indonesia diakui sebagai negara terbaik dalam penanganan Covid-19,” ujar dia.
Baca Juga: Analisis Gempa Kepulauan Sangihe 6,9 Magnitudo
Kemudian penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menimpa pada hewan ternak pada tahun 2022. Kasus menyebar cepat yang mengakibatkan ratusan ribu sapi, kerbau, kambing dan babi terjangkit. PMK saat itu jug turut berdampak pada ekonomi dan kepercayaan negara lain pada Indonesia.
Selain menangani bencana di Indonesia, BNPB juga terjun membantu penanganan bencana di negara lain. Termasuk mengirim bantuan kemanusiaan. Pada tahun 2022 sampai 2023, BNPB mengirim tim ke Pakistan saat banjir, Turkiye dan Suriah saat gempa, Vanuatu pasca kena angin topan, kemudian Myanmar dan Libya.
“Anda semua akan bertugas di satuan angkatan darat dan kepolisian. Pengetahuan ini dijadikan bekal. Ingat ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk menjaga keselamatan masyarakat, di antaranya keselamatan menghadapi bencana,” tegas jenderal bintang tiga itu. [WLC02]







Discussion about this post