“Kemudian saat ini kami menanam oyong, hasilnya lumayan,” terang dia.
Baca juga: Komitmen Muhammadiyah Mendampingi Warga Terdampak Konflik Agraria di Pakel
Yang menarik, tanaman tersebut tidak mesti harus rutin disiram. Namun sudah menggunakan alat sensor yang mampu menyiram secara mandiri.
“Jadi tidak perlu meminta staf harus menyiram tiap hari dan bisa otomatis menyirami tanamannya sendiri, sehingga bisa tumbuh subur,” imbuh anggota lain dari tim, Dosen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, I Wayan Mustika.
Sebab, rumah ini dilengkapi IoT Smart Garden untuk kontrol penyiraman tumbuhan fasad bangunan secara otomatis. Juga menggunakan pembangkit listrik tenaga surya secara Hybrid Offgrid yang dilengkapi dengan solar panel dan gel deep cycle battery untuk mengubah energi matahari sebagai sumber listrik zero emission. Serta ada smart light control yang mengatur tingkat pencahayaan lampu LED dalam ruangan sesuai dengan besarnya tingkat pencahayaan alami yang diterima dari matahari
Baca juga: Tiga Metode Penyajian Kopi Terpopuler di Indonesia Tubruk, V60, dan Cold Brew
Mustika menyebut rumah model zero emisi ini menjadi percontohan untuk menerapkan rumah ramah lingkungan yang menggunakan bahan baku terbarukan dan energi terbarukan. Ia berharap rumah ini tetap mempertahankan keberlanjutannya.
“Bagaimanapun suatu saat kami perlu target supaya emisi selalu ditekan. Akhirnya, kami juga harus zero emission dan rumah ini sudah menjadi contoh. Jadi bisa kami gunakan sebagai pilot project untuk bangunan-bangunan lain,” tutur dia.
Meski ramah lingkungan, Ali Awaludin mengakui model rumah ramah lingkungan ini tetap memiliki sisi kelemahan, terutama dari sisi ketahanan kayu yang lembab hingga serangan jamur. Pihaknya terus berinovasi untuk lebih mengenali tantangan dan menemukan solusinya agar lebih baik lagi ke depan. [WLC02]
Sumber: UGM







Discussion about this post