Sabtu, 28 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Pemerintah Genjot Produksi Nikel, Walhi Region Sulawesi: Perusakan Lingkungan akan Nyata

Kandungan 52 persen cadangan nikel dunia ada di Indonesia. Pemerintah memaksimalkan untuk memproduksinya menjadi bahan baku sebelum dipasarkan. Alih-alih upaya melepas ketergantungan akan bahan mentah, penambangan nikel justru menjadi ancaman perusakan lingkungan, khususnya di Sulawesi.

Jumat, 14 Januari 2022
A A
Pencemaran Limbah Sedimen Bekas Tambang di Desa Lafeu, Sulawesi Tengah. Foto Dok Walhi Sulteng

Pencemaran Limbah Sedimen Bekas Tambang di Desa Lafeu, Sulawesi Tengah. Foto Dok Walhi Sulteng

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Pembangunan industri hilir menjadi arah investasi di Indonesia saat ini. Salah satunya nikel. Tak lagi dalam bentuk bahan mentah, melainkan sudah disulap dalam bentuk bahan baku.

“Saat ini industri hilir untuk nikel lebih berfokus untuk pengembangan strainless steel yang merupakan komponen pembuatan baterai Lithium,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI Luhut B. Pandjaitan saat melakukan pertemuan dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Kochi di Kantor Kemenko Marves, Jakarta sebagaimana dikutip dari laman maritim.go.id, Selasa, 11 Januari 2022.

Bahkan Luhut meyakinkan, Indonesia memiliki stok bijih nikel yang sangat besar dengan total kapasitas produksi hulu hingga 12 juta ton per tahun.

“Industri hilir telah mengubah struktur ekonomi Indonesia sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komoditas mentah,” imbuh Luhut.

Baca Juga: Jokowi Cabut Izin Tambang, Jatam: Perusahaan Penyebab Kejahatan Lingkungan Tak Tersentuh

Dan sebelum Luhut mempromosikan produk industri hilir dari nikel, akhir tahun 2021 lalu, para aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Region Sulawesi telah menyalakan alarm tanda bahaya soal penambangan nikel. Region yang terdiri dari Walhi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan menyampaikan kegelisahannya dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun 2021 bertajuk “Red Alert, Nickel Sulawesi” sebagaimana dilansir dari walhisulsel.or.id, 27 Desember 2021.

Direktur Eksekutif Daerah Walhi Sulawesi Tenggara, Saharuddin menjelaskan, saat ini ekspansi pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara telah menghacurkan wilayah kelola rakyat pesisir.

“Mereka yang menggantungkan hidupnya di laut sangat terancam karena sedimentasi di wilayah pesisir akibat aktivitas pertambangan nikel,” kata Saharuddin.

Warga menolak penambangan nikel itu, Dari 17 izin penambangan (IUP) di Pulau Wawoni, kini masih tersisa 7 IUP yang aktif beroperasi.

Baca Juga: Mengenal Persoalan Energi dari Hulu ke Hilir Bersama Walhi Yogyakarta

Sementara dampak dari sedimentasi yang terbawa air hujan di Sulawesi Tengah pun, Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sulawesi Tengah, Sunardi Katili menambahkan, juga mempengaruhi ekosistem mangrove yang selama ini digunakan untuk wilayah penangkaran kepiting sejak bertahun-tahun lalu. Sedimentasi ini pun tak lepas dari arah kebijakan pemerintah yang menjadikan Indonesia berfokus sebagai pemasok bahan baku dalam industri global. Namun tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat.

“Dampak dari pengolahan nikel oleh Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), terjadi pencemaran ekosistem laut akibat pembuangan limbah tailing. Terumbu karang jadi rusak dan berimbas terhadap kehidupan nelayan di pesisir,” papar Sunardi.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: bijih nikelIUPmoraatoriumnikelpencemaranpertambanganPerusakan lingkungansedimentasitambangWalhi Region Sulawesi

Editor

Next Post
Poster serial Layangan Putus. Foto Instagram @layanganputus.

Belajar dari “Layangan Putus”, Perempuan harus Pandai Baca Tanda Perselingkuhan

Discussion about this post

TERKINI

  • Anggrek Dendrobium azureum. Foto Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/Fauna & Flora International-Indonesia Programme.Anggrek Biru Raja Ampat Terancam Punah, Tapi Tak Dilindungi Hukum Indonesia
    In Rehat
    Jumat, 27 Juni 2025
  • PLTP Blawan Ijen, Kabupaten Bondowoso yang diresmikan secara hybrid oleh Presiden Prabowo Subianto, Kamis, 26 Juni 2025. Foto: BPMI Setpres.Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Panas Bumi dan Surya, Klaim Nol Emisi Karbon Tepat Waktu
    In News
    Jumat, 27 Juni 2025
  • Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.Komisi IV DPR Janji Undang Aktivis Lingkungan untuk Bahas UU Baru Kehutanan
    In News
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Patroli tim Manggala Agni pasca kebakaran hutan di TNTN, Mei 2025. Foto TNTN.Walhi Riau Ingatkan Penertiban Taman Nasional Tesso Nilo Jangan Represif dan Militeristik
    In Lingkungan
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Bentrokan di Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada Kamis, 7 September 2023, terkait proyek pembangunan kawasan Rempang Eco-City. Foto walhiriau.or.id.Seruan Tokoh Lintas Agama, Tolak PSN yang Merusak Lingkungan dan Menggusur Rakyat
    In Lingkungan
    Rabu, 25 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media