Wanaloka.com – Demensia atau pikun merupakan penyakit degeneratif yang disebabkan kerusakan sel saraf otak yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Juga dapat disertai perubahan mood, emosi, perilaku, dan motivasi. Lebih dari 20 persen lansia di Indonesia mengalami gangguan memori. Penderita demensia diperkirakan naik dari sekitar 1,2 juta orang menjadi hampir 4 juta di tahun 2050.
“Pikun itu bukan sekadar lupa biasa,” jelas Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri, FK-KMK UGM, Probosuseno dalam talkshow “Kenali dan Cegah Alzheimer’ di acara Pasar Krempyeng Guyub Rukun di pelataran Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Rabu, 24 September 2025.
Penyakit lupa atau pikun terbagi sesuai tingkatan keparahannya, yakni lupa ringan, sedang, hingga berat. Lupa ringan bisa dialami siapa saja, tetapi ketika seseorang lupa hal-hal mendasar dalam kehidupan sehari-hari, kondisi itu sudah masuk kategori berat demensia atau pikun. Di Indonesia, jumlah penderita pikun terus meningkat seiring bertambahnya usia.
“Semakin tua seseorang, semakin tinggi pula risiko mengalami penurunan fungsi otak. Jadi faktor usia menjadi faktor pemicu,” kata dia.
Baca juga: Porang, Pangan Lokal Alternatif untuk Kemandirian Desa
Alzheimer, dimensia terbanyak
Tak hanya itu, demensia juga dipicu dari penyakit alzheimer atau gangguan neurodegeneratif akibat obesitas, kandungan lemak darah yang tinggi, tidur tidak cukup sehingga menimbulkan lelah berkepanjangan.
Bahkan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga bisa mempercepat terjadinya demensia. Selain itu, penyakit hipertensi dan diabetes juga bisa memicu demensia.
“Karenanya dilarang konsumsi alkohol karena mengganggu metabolisme tubuh. Alat indera yang terganggu juga lebih rentan terhadap penyakit lupa,” kata dia.
Baca juga: Makanan Aman Konsumsi, Perhatikan Suhu Penyimpanan dan Berapa Kali Dihangatkan
Tidak hanya soal kebiasaan gaya hidup tidak sehat, ia menjelaskan infeksi tertentu seperti cacar api (herpes zoster) yang menyerang otak juga bisa menyebabkan kerusakan saraf hingga berujung pada alzheimer hingga demensia.
“Meski faktor keturunan memang ada, tetapi pengaruhnya relatif kecil hanya sekitar 20 persen,” imbuh Probo.
Dalam peringatan Hari Alzheimer Sedunia, dosen Fakultas Kedokteran IPB University, Yeni Quinta Mondiani mengungkapkan Alzheimer merupakan jenis demensia terbanyak secara global, mencapai 60–80 persen dari seluruh kasus demensia.
“Demensia sendiri merupakan kumpulan gejala penurunan kognitif yang cukup berat sehingga mengganggu aktivitas kesehariannya,” jelas dia.
Baca juga: Komisi XIII DPR Tolak Relokasi Paksa Warga di Taman Nasional Tesso Nilo
Fungsi kognitif tidak hanya mencakup memori. Melainkan juga atensi, kemampuan visuospatial (mengenali bagian tubuh), bahasa, hingga fungsi eksekutif yang berhubungan dengan pengambilan keputusan.







Discussion about this post