Penempatan pertama Microforest 100 di masjid tersebut dirasa cocok karena tingkat pengunjung di sana tinggi. Alat ini diletakkan di ruangan terbuka supaya dapat menyerap CO2 yang dihasilkan pengunjung.
Baca Juga: Foto Jurnalis Regina Safri Tularkan Virus Peduli Alam di 16 Kota
Direktur Masjid Raya Syeikh Zayed, Munajat, mengatakan masjid bisa saja menjadi salah satu fasilitas publik yang ramai dikunjungi dan menghasilkan banyak emisi karbon. Apalagi, Masjid Raya Syeikh bisa menerima puluhan ribu pengunjung setiap harinya.
“Peluncuran Microforest 100 ini sekaligus memantau sejauh mana mesin bisa bertahan menyerap karbon untuk nantinya menjadi bahan pengembangan lebih lanjut,” kata dia.
Sesi peluncuran Microforest 100 dihadiri segenap inovator dari peneliti UGM, Direktur Masjid Raya Syeikh Zayed, perwakilan direksi PT Algatech, serta Wakil Wali Kota Surakarta, Teguh Prakosa. Selain itu, turut hadir perwakilan dari Uni Emirat Arab (UEA) untuk melihat teknologi Microforest 100 ini diterapkan pertama kali di masjid Indonesia.
Baca Juga: Rina Mardiana, Informasi PSN Rempang Ecocity Tak Transparan
Rencananya, jika terbukti efektif menyerap karbon dalam jumlah besar, maka Microforest 100 akan dikembangkan lebih lanjut untuk diletakkan di tempat-tempat ibadah seperti Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawi.
Menurut Eko Agus Suyono, mikroalga masih memiliki potensi agar dikembangkan menjadi produk olahan lain, seperti bahan bakar bioenergi. Harapannya, potensi tersebut dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Dan pengurangan emisi karbon dapat berlangsung secara masif dalam mengatasi perubahan iklim,” kata Eko. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post