Wanaloka.com – Mikroalga dikenal dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida (CO2). CO2 akan diserap dan diproses melalui metabolisme yang melibatkan protein, lemak, dan karbohidrat dalam jumlah besar.
Mikroalga mudah bertahan hidup di daerah berpolusi, suhu ekstrem, bahkan udara beracun. Potensi ini menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk bisa mengatasi masalah perubahan iklim di dunia.
Adalah Guru Besar Teknik Kimia Fakultas Teknik, Prof. Arief Budiman dan Dosen Fakultas Biologi Dr. Eko Agus Suyono menginisiasi teknologi Microforest 100 berbasis mikroalga. Keduanya merupakan Peneliti Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUIPT) Microalgae Biorefinery UGM melalui program dana pendamping dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui platform Kedaireka tahun anggaran 2022 lalu.
Baca Juga: Infeksi Bakteri “Pemakan Daging” di Jepang Menular Lewat Droplet dan Pernafasan
Lewat Pusat Studi Energi (PSE) UGM, mereka berhasil mengambil peluang mengembangkan teknologi tersebut untuk berkontribusi terhadap komitmen Net Zero Carbon.
Microforest 100 adalah produk prototipe Algaetree, yakni teknologi dekarbonisasi untuk mengatasi produksi karbon atau CO2 di udara terbuka. Produk protipe itu dikembangkan kedua peneliti itu lewat kerja sama dengan startup PT Algatech Nusantara.
CEO Algatech Nusantara, Rangga Wishesa menyampaikan, PT Algatech Nusantara menyambut baik bisa bekerja sama mengembangkan prototipe peneliti UGM. Startup tersebut membantu menambahkan beberapa fitur pelengkap seperti pengembangan desain, fabrikasi dan penambahan alat-alat sensor kondisi kultivasi agar Microforest mampu bekerja secara maksimal.
Baca Juga: Kata Guru Besar IPB University Soal Konservasi Raptor, Dugong dan Kelelawar
“Instalasi setinggi dua meter tersebut berfungsi untuk menyerap karbon di udara dengan teknologi fotobioreaktor,” kata Rangga dalam peluncuran instalasi Microforest 100 digelar di Masjid Raya Syeikh Zayed, Surakarta pada 17 Juni 2024.
Ia menjelaskan, sistem di dalam Microforest 100 akan menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Bahkan setara dengan lima pohon dewasa berumur sekitar 15 tahun. Hal ini didasarkan pada kemampuan mikroalga sendiri yang dapat menyerap karbon dioksida 30-50 kali lipat lebih banyak dibanding tanaman terestrial saat ini.
Discussion about this post