Wanaloka.com – Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit, termasuk pergerakan matahari dan bulan. Sedangkan ilmu falak merupakan bagian dari astronomi yang dikaitkan dengan dalil-dalil syariah untuk keperluan ibadah umat Islam.
Baik ilmu astronomi maupun ilmu falak berperan penting dalam menentukan posisi hilal secara ilmiah dalam penentuan awal bulan Hijriah, terutama Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Namun ilmu astronomi dan metode rukyat menjadi dua pendekatan utama dalam penetapan hilal yang sering menimbulkan perbedaan pandangan.
Dalam Islam, menurut Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaludin, penentuan awal bulan Hijriah awalnya dilakukan melalui metode rukyat atau pengamatan hilal langsung. Cara ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang artinya “berpuasalah jika melihat hilal dan berbukalah jika melihat hilal”.
Baca juga: Komisi XIII Ingatkan Bahaya Pengelolaan Limbah FABA di Lapas Nusakambangan
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, perhitungan astronomi atau metode hisab mulai digunakan untuk memperkirakan posisi hilal sebelum dilakukan pengamatan.
“Dalam menentukan hilal, ilmu astronomi digunakan untuk menghitung posisi bulan, tinggi hilal, serta jarak bulan dari matahari untuk memprediksi apakah hilal dapat teramati atau tidak,” ujar Thomas di Kantor BRIN, Jakarta, Senin, 24 Februari 2025.
Metode hisab telah berkembang sangat pesat dan memiliki tingkat akurasi tinggi.
Baca juga: Menuju Kampus Mandiri Sampah, UGM Kenalkan Laboratorium Daur Ulang Sampah
“Saat ini, perhitungan astronomi sudah sangat akurat, bahkan untuk gerhana matahari atau bulan dapat dihitung hingga hitungan detik,” jelas dia.
Beda hisab dan rukyat
Meskipun hisab sangat akurat, sebagian besar umat Islam masih menginginkan pembuktian dengan rukyat.
Sementara perbedaan penetapan awal bulan Hijriah sering kali bukan disebabkan oleh perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan karena ada perbedaan kriteria yang digunakan berbagai organisasi Islam dan pemerintah.
Baca juga: Komisi III DPR Usul Galian C Jadi Sumber PNBP untuk Atasi Tambang Ilegal
Di Indonesia, misalnya, kriteria yang digunakan oleh pemerintah berbeda dengan Muhammadiyah, tetapi sama dengan beberapa ormas Islam lainnya. Akibatnya, terjadi perbedaan dalam menentukan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Selain itu, faktor geografis dan kondisi cuaca juga berpengaruh dalam metode rukyat. Hilal yang sangat tipis dapat terhalang oleh cahaya senja atau cuaca mendung, sehingga sulit diamati dengan mata telanjang.
“Salah satu tantangan terbesar dalam rukyat adalah kontras cahaya. Hilal sangat tipis dan sering kali kalah terang dibandingkan cahaya senja,” jelas Thomas.
Baca juga: Maret-April 2025 Diprediksi Hujan Lebat, Pantau Info Cuaca Sebelum Mudik Lebaran
Discussion about this post