Wanaloka.com – Peningkatan laju pertambahan penduduk yang tidak diikuti peningkatan produktivitas pangan menyebabkan ketergantungan pada makanan pokok beras. Apalagi pemenuhan beras masih dengan cara impor. Padahal terdapat beragam jenis bahan pangan alternatif sebagai pengganti beras. Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman pangan yang tinggi. Kekayaan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.
Ilmu untuk mempelajari pemanfaatan aneka tumbuhan oleh masyarakat tradisional atau pedalaman disebut etnobotani. Lewat keilmuan itu pula, penerapan praktik pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berbasis pada lokus kelompok etnis. Jika dimanfaatkan dengan baik, maka etnobotani dapat menjadi kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan.
Di sisi lain, pengetahuan etnobotani juga sedang terancam mengalami pergeseran dan kepunahan. Salah satu kelompok etnis di Indonesia yang memiliki potensi etnobotani yang dapat digunakan sebagai role model dan masih dapat dipreservasi adalah Suku Rejang. Tim mahasiswa UGM meneliti mengenai retensi pengetahuan etnobotani pada suku Rejang dari sisi pergeseran, pewarisan, dan strategi konservasi berdasarkan pada kelompok usia.
Baca Juga: PBB Proyeksikan Krisis Air Dunia Tahun 2025, Krisis Pangan Tahun 2045
“Kami menggunakan pendekatan interdisipliner meliputi penghitungan indeks pengetahuan etnobotani untuk menghitung pergeseran pengetahuan antargenerasi, dan etnografi dan sejarah untuk melihat pola pewarisan pengetahuan,” kata anggota tim PKM UGM, Abdilla pada 5 Oktober 2023.
Selain Abdila, anggota tim riset yang lain adalah Ilham Nur Rahman (Teknologi Industri Pertanian 2021), Mia Fadilah (Biologi 2020), Ilham Andriyanto (Antropologi 2021), Hanieke Syahla Magular (Antropologi 2020), dan Abdila (Sejarah 2020) yang didampingi oleh Dosen Aprilia Firmonasari.
Responden yang menjadi target riset adalah masyarakat suku Rejang yang menetap di Desa Rindu Hati, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Tim melakukan survei terhadap 40 orang Suku Rejang dengan metode observasi dan wawancara terhadap masyarakat Suku Rejang.
Baca Juga: Kementerian ESDM Rancang Portal Data Industri Ekstraktif untuk Transparansi
“Sebagai data pendukung, kami melakukan pembacaan terhadap arsip, literatur, termasuk literatur lokal tentang sistem pertanian setempat,” jelas Abdilla.
Discussion about this post