“Risikonya memang tinggi di kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta. Namun, upaya mengganti plastik dengan bahan ramah lingkungan sudah mulai terlihat di beberapa tempat. Ini perlu terus didukung,” jelas dia.
Baca juga: Perdagangan Biawak Diperbolehkan, Tapi Jangan Merusak Ekosistem
Sejumlah penelitian global telah menemukan keberadaan mikroplastik dalam darah dan organ manusia, termasuk sistem pencernaan. Temuan tersebut memperkuat dugaan bahwa partikel plastik mampu masuk dan menetap di tubuh dalam jangka waktu lama.
Ia menekankan bukti ilmiah mengenai dampak spesifik terhadap kesehatan manusia masih terus dikembangkan.
“Beberapa penelitian memang menunjukkan ada akumulasi dalam tubuh manusia, tetapi efek pastinya belum jelas karena penelitian masih berlangsung,” ujar dia.
Perbedaan respon tubuh terhadap paparan mikroplastik membuat penelitian di bidang ini semakin kompleks. Setiap individu bisa memiliki kemampuan berbeda dalam melepaskan atau menahan partikel mikroplastik yang masuk ke tubuh. Langkah pencegahan menjadi hal yang paling masuk akal dilakukan saat ini.
Baca juga: Satwa Liar Masuk Permukiman, Sinyal Keseimbangan Alam Hutan yang Terganggu
“Kami belum tahu pasti seperti apa efeknya, tapi yang jelas upaya preventif harus dijalankan sedini mungkin,” kata Annisa.
Makanan minuman dalam kemasan plastik
Sumber utama paparan mikroplastik di kehidupan sehari-hari berasal dari kemasan makanan dan minuman berbahan plastik. Air dalam botol sekali pakai, wadah makanan panas, serta lapisan plastik pada produk makanan berpotensi menjadi media perpindahan mikroplastik ke tubuh manusia.
Gaya hidup praktis di kota membuat masyarakat sering tidak sadar terhadap bahaya tersebut.
“Paparan paling tinggi biasanya dari makanan dan minuman yang dikemas plastik. Kebiasaan ini memang perlu diubah secara bertahap,” tutur Anisa.
Baca juga: DIY Siapkan Tiga TPST untuk Kelola Sampah Menjadi Energi Listrik
Dari sisi kesehatan masyarakat, tantangan terbesar dalam mengendalikan paparan mikroplastik adalah rendahnya kesadaran dan kebiasaan konsumsi masyarakat. Langkah sederhana seperti membawa tumbler, mengurangi penggunaan kantong plastik, dan memilih wadah non-plastik dapat menjadi titik awal perubahan.
“Kami bisa mulai dari hal kecil seperti membawa botol minum sendiri atau menghindari kantong plastik saat berbelanja. Upaya kecil ini berkontribusi besar dalam menekan akumulasi mikroplastik di lingkungan,” kata dia. [WLC02]
Sumber: UGM






Discussion about this post