Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Penumpukan Sampah Menjadi Sumber Peningkatan Kasus Leptospirosis

Kasus leptospirosis bisa naik meski tidak ada hujan atau banjir, karena faktor lingkungan juga sangat berpengaruh.

Selasa, 19 Agustus 2025
A A
Ilustrasi tikus. Foto Alexas_Fotos/pixabay.com.

Ilustrasi tikus. Foto Alexas_Fotos/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kasus Leptospirosis di Kota Yogyakarta dilaporkan meningkat signifikan meski musim hujan telah berakhir. Kendati belum ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), penanganannya perlu dilakukan setara dengan KLB.

Status KLB bukan hanya soal diumumkan atau tidak, yang penting Dinas Kesehatan sudah melakukan penanganan sebagaimana mestinya. Tren peningkatan kasus biasanya terjadi saat musim hujan atau setelah banjir akibat kontak dengan air tercemar bakteri Leptospira.

“Ada sesuatu yang berubah karena pada tahun ini lonjakan kasus justru muncul di musim kemarau,” ungkap Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Bayu Satria Wiratama dalam podcast TropmedTalk, Senin, 19 Agustus 2025.

Baca juga: Ancaman Krisis Air, 1 dari 4 Penduduk Dunia Sulit Mengakses Air Bersih

Leptospirosis sendiri merupakan penyakit zoonosis yang menular melalui kontak dengan air atau tanah terkontaminasi urin tikus. Bakteri ini dapat masuk melalui kulit yang terluka, bahkan luka kecil yang tidak terlihat. Gejala penyakit ini, ungkap Bayu, sering menyerupai demam berdarah atau chikungunya sehingga rawan terlambat terdiagnosis.

“Kalau demam tidak turun dalam 1-2 hari, apalagi ada riwayat aktivitas di lingkungan berisiko, segera periksa ke fasilitas kesehatan,” imbau Bayu.

Ia menduga bahwa kondisi tersebut berkaitan dengan  penanganan sampah yang belum sepenuhnya dilakukan dengan optimal di Kota Yogyakarta. Penumpukan sampah dapat menjadi sumber makanan dan tempat berkembang biak tikus sebagai hewan pembawa bakteri Leptospira.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: KLBleptospirosistikustumpukan sampah

Editor

Next Post
Rombongan KLH mengunjungi TPPAS Lulut-Nambo di Bogor, Jawa Barat. Foto Dok. KLH.

TPPAS Lulut-Nambo untuk Olah Sampah Empat Daerah Mangkrak 10 Tahun

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media