Untuk bisa diterapkan secara efektif, Andi menyarankan agar pengembangan teknologi dimulai dari penerapan sederhana yang langsung terasa manfaatnya. Drone stabil dengan video real-time berkualitas tinggi, menurutnya, sudah sangat membantu penyisiran tanpa harus menunggu teknologi canggih diterapkan sekaligus. Setelah itu baru ditambah fitur AI ringan untuk menandai area yang dicurigai ada manusia.
Baca juga: UGM dan IPB Siapkan Langkah Penanggulangan Dampak Bencana Sumatra
“Bukan menggantikan manusia, tapi mempercepat proses pengecekan video. Jika tahap ini berhasil, sistem multi-drone yang mampu menyisir wilayah luas secara otomatis bisa mulai diuji pada skala yang lebih besar,” kata dia.
Uji coba di lapangan merupakan kunci keberhasilan integrasi teknologi pencarian korban di Indonesia. Sebab, teknologi secanggih apapun kalau belum diujicoba di medan Indonesia yang cuacanya cepat berubah dan banyak hal tak terduga masih perlu banyak penyesuaian.
Ia menyebut riset-riset mengenai UAV, computer vision, dan AI di UGM sejatinya sudah sangat maju. Namun memerlukan dukungan hilirisasi dan kolaborasi dengan instansi kebencanaan agar dapat benar-benar digunakan dalam operasi resmi.
Baca juga: Empat Orangutan Dipulangkan ke Indonesia di Tengah Perusakan Hutan Sumatra
Ia berharap inovasi pencarian korban tak berhenti di tahap konsep. Sebab teknologi pencarian korban ini masih berhenti di tingkat riset. Idealnya, ada dukungan yang lebih kuat supaya riset yang sudah ada bisa benar-benar sampai tahap hilirisasi dan dipakai di operasi SAR.
Ia juga berharap ada kegiatan uji coba rutin di lapangan agar teknologi terus berkembang.
“Tidak harus langsung besar, yang penting terus berkembang dan akhirnya bisa beneran membantu menyelamatkan nyawa,” kata dia. [WLC02]
Sumber: UGM






Discussion about this post