Wanaloka.com – Istilah “Rip Current” menjadi familiar usai musibah yang menimpa 13 siswa SMPN 17 Mojokerto yang terseret arus di Pantai Drini di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa waktu lalu. Rip Current atau arus rabak adalah arus deras yang mengalir menjauhi pantai. Arus rabak ini timbul karena tekanan lebih tinggi di pantai akibat permukaan laut lebih tinggi dari sekitarnya.
“Arus rabak dapat dengan cepat menyeret perenang atau siapa saja yang berada di tempat terjadinya arus tersebut dan mengalirkannya ke tengah laut,” jelas Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), I Wayan Nurjaya.
Umumnya, arus ini memiliki lebar kurang dari 9,1 meter dan kecepatan mencapai 2,4 meter per detik. Hampir 2,5 kali lebih kuat bila dibandingkan dengan arus Kuroshio atau Gulfstream yang memiliki kecepatan -1 meter per detik.
Baca juga: Perairan Bintan II dan Perairan Kota Bitung Jadi Kawasan Konservasi Laut Baru
Arus rabak ini biasanya terbentuk di sekitar gelombang pecah, terutama di pantai dengan gundukan pasir atau di batas atau dekat jetty (dermaga).
Terbentuknya arus rabak, salah satunya dari interaksi gelombang ketika memasuki pantai di sekitar lokasi gelombang pecah.
“Artinya, gelombang mendekati pantai dan pecah menyebabkan air menumpuk di antara gelombang yang pecah di pantai,” tutur dia.
Baca juga: Gempa Laut Banda Malam Tadi Merupakan Gempa ke-25 Sejak Januari 2025
Berdasarkan data statistik, kejadian kematian akibat arus rabak cukup tinggi, baik di Amerika maupun Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, kejadian ini banyak terjadi di kawasan wisata pantai seperti Palabuhanratu, Parangtritis, dan Bali. Ia menekankan pentingnya kesadaran wisatawan terhadap bahaya yang dibangkitkan rip current.
Discussion about this post