Baca juga: Pemanfaatan Bahan Alami Kurangi Risiko Bahaya Pemakaian Kosmetik Palsu
SIKE, sistem dapur pintar untuk MBG
Di lapangan, meski Program MBG diharapkan mampu mengatasi masalah malnutrisi nasional dan stunting anak usia sekolah, data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting 2024 masih berada di angka 19,8%. Di sisi lain, implementasi program MBG mengalami kendala seperti menu yang kurang sesuai selera anak, kualitas makanan yang tidak konsisten, hingga meningkatnya food waste. Perlu pendekatan yang lebih sistematis untuk pemenuhan gizi yang berkelanjutan.
Menanggapi permasalahan tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa – Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK) Universitas Gadjah Mada yang diketuai Muhammad Afnand Kabhila, bersama anggota Fauzi Septriantoro, Muhammad Rizky Khoirul Amar, Safira Mahardika Rahayu, dan Muhammad Firdaus Ar Riza, merancang Sustainable Integrated Kitchen System (SIKE).
Inovasi ini berupa dapur pintar berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dirancang untuk mengoptimalkan pelaksanaan program MBG sekaligus mengolah limbah makanan menjadi energi terbarukan. Berkat gagasan tersebut, tim bimbingan Ni Nyoman Nepi Marleni ini berhasil lolos PIMNAS ke-38.
Baca juga: Andang Widi Harto, Rekomendasikan Tiga Periode Perkembangan Energi Nuklir di Indonesia
Afnand menjelaskan, sisa makanan Program MBG kerap meningkat dan memperburuk persoalan food wasting. SIKE diharapkan dapat menjadi solusi end-to-end untuk menjawab masalah tersebut.
“SIKE kami rancang sebagai solusi end to-end untuk memutus paradoks ini, memastikan gizi tersampaikan dengan baik dan tidak ada yang terbuang sia-sia,” ujar dia, Rabu, 19 November 2025.
SIKE bekerja melalui dua level prioritas utama. Pertama, optimalisasi menu dan rantai pasok, yang didukung AI untuk mengelola stok bahan baku secara real time dan menganalisis kebutuhan gizi siswa berdasarkan preferensi dan ketersediaan pangan lokal.
Kedua, berfokus pada manajemen limbah melalui konsep ekonomi sirkular. Setiap sisa makanan dipantau dengan sensor berat (load-cell), lalu data tersebut diolah AI sebagai umpan balik untuk evaluasi menu.
Baca juga: Walhi Desak Indonesia Suarakan Kembali ke Rakyat – Kembali ke Akar di COP 30
“Puncaknya, limbah sisa dari tahap penyajian akan diolah menjadi energi biogas. Energi ini akan digunakan kembali untuk proses pengolahan di dapur MBG. Ini adalah siklus tertutup yang sesungguhnya,” jelas dia.
Ia berharap gagasan ini dapat terus dikembangkan dan menjadi cetak biru pelaksanaan MBG yang lebih efektif dan berkelanjutan. [WLC02]
Sumber: IPB University, UGM







Discussion about this post