“Kawasan ini seperti taman alami khusus untuk Rafflesia. Ia tumbuh dalam hening, tapi menyimpan kehidupan yang sangat dinamis dan penuh harapan,” kata dia.
Bunga ini tidak mekar setiap waktu. Ia memilih waktunya sendiri, kadang bertahun-tahun. Mekarnya hanya beberapa hari. Dan saat ia muncul, seolah celah sempit terbuka, memperlihatkan wajah purba dari dunia yang perlahan menghilang.
Di hadapan Rafflesia zollingeriana, waktu seakan melambat. Ia mengingatkan kita akan bentuk kehidupan yang berbeda, rapuh, dan sangat terhubung dengan ekosistem yang nyaris terlupakan.
Baca juga: Habis Kebocoran Gas, Terbitlah Semburan Lumpur Panas di Geothermal Sorik Marapi
Materi ilmiah yang disampaikan peneliti BRIN pada pertemuan sehari sebelumnya memberikan kedalaman makna. Bahwa Rafflesia bukan sekadar bunga besar. Ia adalah simbol kompleksitas, keunikan, dan urgensi konservasi flora Indonesia.
Seperti yang disampaikan Nurul Huda Sani, “Kita tak bisa melindungi apa yang tidak kita kenal.”
Kini kita mengenalnya. Rafflesia zollingeriana bukan mitos. Ia nyata. Ia hidup. Dan ia menunggu, bukan hanya untuk mekar, tapi untuk diselamatkan. [WLC02]
Sumber: Balai Besar KSDA Jawa Timur Bidang KSDA Wilayah 3 Jember
Discussion about this post