Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Rantai Mikroplastik Hingga Masuk ke Tubuh Manusia

Air hujan yang mengandung mikroplastik akan mengalir menjadi air limpasan menuju ekosistem air. Di sana, mikroplastik dapat termakan biota seperti ikan, akhirnya masuk kembali ke tubuh manusia melalui rantai makanan.

Sabtu, 6 Desember 2025
A A
Pencemaran plastik di pesisir pantai. Foto TheDigitalArtist/pixabay.com.

Pencemaran plastik di pesisir pantai. Foto TheDigitalArtist/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Dampak terhadap ekosistem

Paparan mikroplastik tidak menimbulkan efek langsung terhadap tubuh manusia dalam jangka pendek. Namun, dampaknya terhadap ekosistem jauh lebih signifikan dan perlu diwaspadai.

“Air hujan yang mengandung mikroplastik akan mengalir menjadi air limpasan menuju ekosistem air. Di sana, mikroplastik dapat termakan biota seperti ikan, akhirnya masuk kembali ke tubuh manusia melalui rantai makanan,” papar dia.

Beberapa penelitian juga menunjukkan mikroplastik dapat mengadsorpsi logam berat serta polutan berbahaya lainnya. Beberapa kajian ilmiah mengaitkan mikroplastik dengan inflamasi hingga gangguan kardiovaskular, meskipun penelitian mengenai dampaknya terhadap kesehatan manusia masih belum konklusif.

Pengurangan mikroplastik tidak hanya bergantung pada perubahan perilaku konsumen, tetapi terutama pada kebijakan yang mengatur produsen. Perkembangan penelitian mikroplastik di Indonesia masih terus berjalan.

“Jika kelak mikroplastik menjadi fokus regulasi, maka parameter pengukurannya akan semakin jelas dan intensif,” ucap di.

Baca juga: Update Bencana Sumatra, Korban Tewas 442 Orang Terbanyak di Sumut

Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpancing isu viral tanpa pemahaman yang memadai. Masyarakat harus mencari informasi lebih dalam dan tidak langsung panik. Penting untuk memahami apakah fenomena ini benar-benar baru atau memang sudah terjadi sejak lama.

“Dengan literasi yang baik, kita bisa merespons informasi dengan lebih bijak,” kata dia.

Dampak produk perikanan

Mikroplastik telah menjadi masalah serius bagi sektor lingkungan dan kesehatan dalam beberapa dekade. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran mikroskopik dan tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Karena itu, keberadaannya di lingkungan menjadi sulit terdeteksi dan dapat masuk ke dalam tubuh hewan bahkan manusia.

Banyak penelitian yang menunjukkan adanya sejumlah mikroplastik di lingkungan perairan dan masuk ke tubuh ikan. Kontaminasi ini tentunya dapat berbahaya bagi kesehatan ikan dan manusia.

Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Unair, Ayu Lana Nafisyah mengatakan sejak lama sudah ditemukan mikroplastik pada sejumlah ikan. Hasilnya cukup mengejutkan, karena mikroplastik hampir ada di seluruh bagian tubuh ikan pada lokasi tertentu yang terdapat banyak buangan limbah plastik yang masuk ke perairan.

Baca juga: Tiga Provinsi Sumatra Kewalahan, Akademisi dan Masyarakat Sipil Desak Status Bencana Nasional

Ayu menyebut saat ini mikroplastik telah kita temukan hampir di semua tempat, tak terkecuali pada lingkungan perairan. Limbah ini dapat berasal dari aktivitas rumah tangga seperti buangan kemasan makanan sehari-hari, maupun dari industri yang memiliki skala yang lebih besar.

“Plastik yang ada di lingkungan khususnya perairan tidak dapat hilang, namun akan terurai menjadi komponen yang lebih kecil dengan bantuan arus dan sinar UV yang berasal dari matahari. Pecahan kecil ini yang menjadi berbahaya karena dapat masuk ke dalam tubuh ikan dan berpotensi dikonsumsi oleh manusia,” ungkapnya.

Ayu memaparkan berdasarkan asalnya, mikroplastik dapat terbagi menjadi mikroplastik primer yang memang dibuat dalam ukuran yang kecil seperti scrub pada produk skincare yang berfungsi untuk menghaluskan kulit. Sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari plastik yang awalnya berukuran besar dan terurai menjadi komponen yang lebih kecil.

“Penemuan pada produk perikanan menjadi suatu peringatan bahaya bagi manusia. Akumulasi mikroplastik pada tubuh dapat menjadi racun pada tubuh manusia yang berakibat pada masalah kesehatan khususnya pada pernafasan, pencernaan, hingga menyebabkan kanker sampai resiko kematian,” ungkapnya.

Baca juga: Jatam Tegaskan Longsor dan Banjir Bandang di Sumatra Akibat Ledakan Izin Ekstraktif

Solusi mengatasi mikroplastik

Mikroplastik yang terakumulasi dalam tubuh berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Herry misalnya, mendorong kebiasaan membawa tumbler dan alat makan pribadi sebagai langkah sederhana pengurangan plastik.

Sementara lembaga penelitian masyarakat berkelanjutan berupaya untuk turut serta berperan aktif dalam menyampaikan dan menanggulangi bahaya mikroplastik bagi kehidupan.

Afifah menekankan perlunya percepatan larangan plastik sekali pakai, transisi ke kemasan guna ulang, serta penetapan standar pengujian mikroplastik.

“Kita negara tropis, plastik cepat terurai menjadi mikroplastik, tetapi mitigasi kita justru tertinggal,” ujar Afifah.

Pihaknya menekankan perlunya tanggung jawab produsen dan mendorong industri untuk mengurangi plastik sekali pakai, transparan terkait material produk, serta berinvestasi dalam teknologi penyaringan.

“Masyarakat juga harus mengurangi penggunaan plastik, mulai memilah sampah, dan meningkatkan kesadaran atas bahaya yang ditimbulkannya,” imbuh dia.

Baca juga: Alasan Status Bencana Nasional, Pengerahan Sumber Daya Negara Percepat Pemulihan

Dalam menghadapi tantangan ini, Ayu menyebut perlu ada sinergi antara masyarakat awam dan akademisi. Terutama untuk meningkatkan pemahaman akan bahaya bagi kesehatan. Selain itu, penelitian juga bisa kita lakukan untuk memetakan lokasi dengan kadar mikroplastik tinggi. Sehingga masyarakat dapat menghindari membeli produk perikanan dari daerah tertentu.

“Sebagai akademisi harus menyebarkan ilmu ini kepada masyarakat agar mereka memiliki pengetahuan mengenai dampak konsumsi produk perikanan yang terkontaminasi mikroplastik. Pendekatan melalui pengabdian masyarakat maupun KKN dapat kita lakukan. Harapannya, tingkat awareness masyarakat meningkat sehingga kebiasaan konsumsi (penggunaan) plastik di masyarakat juga dapat menurun,” papar dia.

Deteksi mikroplastik di laut dengan nuklir

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) memaparkan kemajuan signifikan Indonesia dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk pengelolaan sampah plastik pada International High-Level Forum on Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastics). Kegiatan yang dihelat International Atomic Energy Agency (IAEA) pada 25–26 November 2025 di Manila Filipina ini, mendorong dua pendekatan utama yakni daur ulang plastik berbasis radiasi dan pemantauan mikroplastik di laut menggunakan teknik analisis nuklir.

Baca juga: Bencana Hidrometeorologi di Pulau Sumatra Menewaskan 174 Warga

Kepala ORTN BRIN Syaiful Bakhri menegaskan komitmen Indonesia terhadap inovasi berbasis sains untuk mendukung solusi lingkungan global. Kemajuan yang dicapai dari penelitian hingga demonstrasi teknologi menegaskan kesiapan Indonesia mendukung upaya global dalam mengurangi polusi plastik melalui teknologi nuklir.

Forum NUTEC Plastics yang dibuka Presiden Filipina, Presiden Asian Development Bank (ADB), dan Direktur Jenderal IAEA, menekankan pentingnya inovasi nuklir untuk mendukung pengelolaan lingkungan dan ekonomi sirkular. Sebagai salah satu pilot countries, Indonesia menunjukkan kemajuan nyata dalam pengembangan teknologi radiasi untuk daur ulang plastik.

Di bawah koordinasi BRIN, Indonesia berhasil mengembangkan compatibilizer dari sampah plastik daur ulang untuk aplikasi Wood-Plastic Composite (WPC). Inovasi ini telah melalui fase riset, pembuktian konsep, dan kini mencapai tahap technical-scale prototype atau Technology Readiness Level (TRL) 5. Selain riset, Indonesia juga aktif dalam peningkatan kapasitas regional melalui berbagi pengalaman teknis dan mendukung penerapan teknologi nuklir di negara-negara lain di kawasan.

“Polusi plastik menjadi tantangan serius dengan jutaan ton sampah plastik mencemari perairan setiap tahun,” kata Syaiful, Rabu, 3 Desember 2025.

Baca juga: Walhi Desak Penghentian Kriminalisasi Adetya Pramandira dan Fathul Munif

Melalui NUTEC Plastics, IAEA mendorong pemanfaatan teknologi nuklir melalui dua pendekatan utama. Pertama, daur ulang plastik berbasis radiasi, yang memungkinkan limbah plastik diubah menjadi material industri bernilai tambah. Kedua, pemantauan mikroplastik di laut, memanfaatkan teknik analisis nuklir untuk memetakan pergerakan dan konsentrasi mikroplastik secara akurat.

Saat ini, NUTEC Plastics bekerja dengan 53 negara dalam bidang daur ulang plastik dan 102 negara dalam pemantauan mikroplastik laut. Indonesia bersama Argentina, Malaysia, dan Filipina termasuk negara terdepan dalam demonstrasi teknologi ini menuju skala industri percontohan.

“IAEA menyediakan perangkat analitis untuk menilai sirkularitas plastik, tingkat kematangan teknologi, serta kelayakan ekonomi penerapan sistem berkas elektron dalam proses daur ulang,” terang dia.

Selain itu, melalui program IAEA RAS7038, Indonesia aktif membangun basis data mikroplastik global. Sejak 2024, sampling telah dilakukan di Teluk Lampung, Muara Cisadane, Pulau Pari, dan Pekalongan.

Data Lampung telah dianalisis dengan ATR-FTIR dan diunggah ke database IAEA. Program kolaboratif ini didukung pelatihan peneliti dan bantuan peralatan dari IAEA, termasuk alat ATR-FTIR tambahan yang sedang dalam proses impor.

Meski menghadapi tantangan seperti biaya sampling yang tinggi dan proses analisis yang rumit, program ini akan berlanjut ke Fase II (2026–2029). Fase baru ini akan mengintegrasikan teknik mutakhir sediment dating menggunakan isotop Pb-210 yang telah dikuasai BRIN, untuk merekonstruksi sejarah pencemaran mikroplastik hingga 150 tahun ke belakang. [WLC02]

Sumber: Unair, BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: BRINForum NUTEC Plasticsmikroplastikteknologi nuklirUnair

Editor

Next Post
Punggungan pasir yang menjadi benteng alami tsunami di pesisir selatan Jawa. Foto Dok. BRIN.

Pertambangan Pasir Mengikis Benteng Alami Penahan Tsunami di Selatan Jawa

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media