Kedua, pemendekan umur nyamuk, di mana Wolbachia mempercepat kematian nyamuk sebelum mereka sempat menularkan patogen.
Ketiga, gangguan terhadap patogen (pathogen interference). Bakteri ini menghambat replikasi patogen seperti Plasmodium (malaria) di tubuh nyamuk melalui peningkatan sistem imun serangga dan mekanisme biokimia lainnya.
“Pendekatan ini telah terbukti berhasil di berbagai negara. Di Yogyakarta, pelepasan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Wolbachia berhasil menurunkan kasus dengue hingga 77 persen. Keberhasilan serupa juga terjadi di Brasil dan beberapa negara lain,” tutur Rusdiyah.
Baca juga: Mengenal Nimbus, Varian SARS-CoV-2 Dalam Pantauan WHO
Meskipun pendekatan ini telah berhasil pada nyamuk Aedes, penelitian terhadap Wolbachia pada nyamuk Anopheles vektor utama malaria masih sangat terbatas.
Pendekatan ini pun memiliki sejumlah tantangan, mesipun hasilnya menjanjikan. Pertama, efektivitas Wolbachia sangat bergantung pada spesies nyamuk dan strain bakteri yang digunakan. Kedua, belum diketahui apakah infeksi yang ditemukan bersifat stabil dan dapat diwariskan dari generasi ke generasi untuk menjaga keberlanjutan dampaknya.
Ketiga, studi ini pun belum mencakup uji biologis terhadap efektivitas Wolbachia dalam menghambat Plasmodium secara langsung. Metodologi masih terbatas pada PCR dan ke depan perlu dikombinasikan dengan pendekatan molekuler lain yang lebih dalam.
Baca juga: Kongres ILC di Bali, Indonesia Target Eliminasi Kusta di 11 Daerah
“Kami belum bisa menyimpulkan dampak langsung Wolbachia terhadap malaria. Penelitian ini menjadi tahap awal yang sangat mendasar untuk membangun strategi intervensi jangka panjang,” tambah dia.
Minimnya data karakteristik Wolbachia di Indonesia, khususnya di Papua, menjadikan penelitian ini menjadi pionir dalam pemetaan dan analisis vektor malaria lokal. Ke depan, BRIN mendorong riset lanjutan untuk mengkaji efek Wolbachia terhadap Plasmodium di tingkat laboratorium, stabilitas infeksi jangka panjang, serta pengembangan metode deteksi yang lebih komprehensif.
“Penelitian ini adalah pijakan awal menuju pengendalian penyakit tropis berbasis bukti dan kontekstual dengan kondisi Indonesia,” pungkas dia. [WLC02]
Sumber: BRIN







Discussion about this post